[FF] Belle The Angel: First Kiss For Her

title: Belle the Angel: First Kiss For Her

author: weaweo

length: oneshot

rating:  T

genre: fantasy, romance, AU, comedy minim

casts: Belle (imagine she’s as yourself), Blue (he’s SHINee Onew), Cho Kyuhyun, Flo (Belle’s best friend), fx Luna, B2ST Kikwang, After School Jooyeon, and others

 

 

-say no to plagiarism!-

-leave comments after read-

———————————————————————————————————–

Belle The Angel: First Kiss For Her

by weaweo

“Song Soora..”

Suara wanita itu terdengar sangat dekat sekarang. Seakan-akan dia ada di belakangku. Aku menoleh dan mendapati seorang wanita separuh baya menatapku lembut. Tangannya membawa bunga lily putih.

“Soora, kau ingat ini bukan?” tanyanya sambil menyerahkan bunga lily itu kepadaku.

“Umma-?”

“Belle~! Bangun!”

Aku mengerjapkan mataku dan melihat Flo menatapku khawatir. “Flo-? Aigo, apa yang kau lakukan?”

“Kau mimpi apa? Kenapa wajahmu pucat begitu?” tembak Flo langsung kepadaku.

“Aniyo~ aku mimpi kau tiba-tiba bilang padaku kalau kau naksir malaikat pengawas yang suka duduk-duduk di kesekretariatan itu. Kau bilang kau ingin menikahinya! Aku bilang tidak boleh dan kau langsung mengamuk marah kepadaku! Kau membanting semua barang!”

“Ya! Kau keterlaluan! Malaikat itu kan sudah tua! Lagipula aku tidak pernah marah sampai seperti itu!”

Aku tertawa bersama sahabatku yang satu itu. Maaf Flo, tapi kurasa kau pasti akan benar-benar marah kalau aku bilang aku memimpikan sesuatu dari masa laluku.

***

Kudengar suara mobil mendekatiku saat aku sedang terbang melayang di pinggir jalanan Seoul yang lengang. Seorang namja melongokkan kepalanya keluar jendela.

“Kau, malaikat cantik yang sedang nyasar! Mau ikut oppa?”

Aku menoleh sambil tertawa. “Memangnya oppa mengajak ke mana?”

“Ke manapun kau mau pergi! Naiklah,” namja itu menghentikan mobilnya.

“Aniyo, aku di atas atap mobil saja!” tolakku. Kalau aku nekat masuk ke dalam mobil, bisa-bisa saat mobil berguncang nanti aku terpental keluar! Kalian sudah tahu bukan kalau tubuhku bisa menembus segala macam medium benda, bahkan manusia?

“Ish~ sudahlah! Masuk saja! Apa aku perlu memegangmu?” Namja itu menyeringai. Aku mendengus dan menembus masuk ke bangku penumpang belakang. Kalau aku di depan, aku yang tidak akan merasa nyaman karena tempatnya sempit, tidak akan cukup untuk sayapku!

“Nah- begitu kan lebih baik!” Namja itu, Kyuhyun, menatapku senang. Aku mendengus sekali lagi, senyum nakalnya itu membuatku sebal! Mentang-mentang dia sudah tahu peraturan malaikat (salah satunya adalah tidak boleh bersentuhan dengan manusia manapun), lalu dia seenaknya mengancamku supaya mau menurutinya.

“Kita mau kemana?” tanyaku sambil memperhatikan Kyuhyun menghidupkan mesin mobilnya.

“Ke makam ibumu. Kau mau?” jawabnya sambil menyetir. Aku mengangguk. Kyuhyun memang sudah berjanji padaku akan menunjukkan tempat-tempat bersejarah di masa laluku, dengan harapan aku akan mengingat semua cerita masa laluku semasa aku hidup dulu..

Hm, kalian pasti heran kenapa dia bisa melihatku, padahal manusia kodratnya tidak bisa melihat malaikat? Aku juga tidak tahu kenapa dia bisa melihatku. Namun, entah kenapa aku bisa merasakan ikatan yang kuat antara aku dan dia. Cho Kyuhyun, laki-laki ini, sudah lama mengintaiku sejak dia menemukanku di pinggir jalan saat sedang mendampingi malaikat anak-anak dari akademi. Dia juga sudah banyak menolongku. Dia membantuku menyelesaikan tugasku dua kali!

Aku jadi semakin penasaran dengan masa laluku begitu aku bermimpi tentang ummaku. Lalu aku berusaha mencari tahu dengan menggunakan mantra mengetahui masa lalu, sayang cara itu sudah dilarang. Akhirnya aku tahu Blue sudah memiliki mantra itu, kemudian aku memintanya untuk melakukannya kepadaku, tapi dia menolak dan menyalahkanku kenapa aku harus penasaran dengan Kyuhyun dan masa laluku! Saat aku menangis di pinggir jalan, Kyuhyun-lah yang menenangkanku dan dia berjanji ingin membantuku mengembalikan ingatan masa laluku.

Blue. Sudah 1 minggu aku tidak bertemu dengannya. Kami saling mendiamkan diri, dia marah karena aku dan Kyuhyun (yang sekarang bersahabat), dan aku marah karena dia merahasiakan tanggal reinkarnasinya padaku (padahal kami sudah berjanji akan reinkarnasi bersama!). Tapi aku tidak peduli, Kyuhyun membuat ketidakhadiran Blue terasa biasa saja. Entahlah.

“Kita sudah sampai!” Kyuhyun berkata riang. Aku mengamati, kompleks makam ini begitu asri dan mempunyai aura tersendiri. Begitu aku keluar, aku merasa sangat nyaman di sini, entah kenapa. Sayang aku tidak bisa melihat roh orang mati, hanya malaikat pencabut nyawa yang bisa!

“Wajahmu selalu begitu ya kalau ada di sini? Dulu kau juga selalu bilang kau suka ada di pemakaman ini!”

Aku melayang mengikuti langkah Kyuhyun berjalan melewati gerbang pemakaman. “Molla~ aku suka saja ada di sini. Terasa nyaman dan menenangkan..”

Kami melewati sekelompok orang yang sedang berkumpul. Kyuhyun berjalan tanpa menoleh sedikitpun kepada mereka, sampai kepada sebuah makam di bawah pohon yang sangat besar (aku merasakan aura sangat nyaman di sini, dingin dan menenangkan). Makam itu ditumbuhi serumpun bunga lily.

“Ini makam ibumu. Lihat, bunga lily yang kau tanam sudah tumbuh!”

“Umma~ bunga lily yang kita tanam sudah mekar!”

“Jinjja? Aigoo- indahnya! Soora sayang, besok tumbuhlah kau seperti bunga lily yang indah itu..”

“Belle? Kenapa kau melamun? Pantas kalau kau mengingat sesuatu,” Kyuhyun menatapku lekat. “Bunga itu bunga kesukaan kalian. Kau bilang punya banyak kenangan dengan bunga lily..”

“Kyuhyun-oppa, bagaimana umma bisa meninggal?” tanyaku penasaran. Namun, aku menangkap Kyuhyun terlihat kurang nyaman dengan pertanyaanku. Waeyo?

“Ummamu meninggal karena kecelakaan mobil.”

“Setelah umma meninggal, aku tinggal dengan siapa-?” tanyaku mengalihkan perhatian karena kulihat aura Kyuhyun menjadi suram. “Katamu aku masih berumur 14 tahun saat itu?”

“Kau tinggal dengan nenekmu. Saat umurmu 16 tahun, beliau meninggal karena sakit. Makamnya juga ada di sini. Lihat makam yang ditumbuhi bunga mawar di sana? Itu makam beliau.”

Aku mengamati makam yang terletak tidak jauh dari kami. Kyuhyun sudah bercerita kalau appaku meninggalkan umma saat aku masih di kandungan. Kyuhyun bilang aku sangat membenci namja itu.

“Kajja kita pulang, Belle. Kau pasti masih banyak tugas?”

“Ne,” aku mengelus makam umma lembut. “Umma, Soora pulang dulu ya,” bisikku pelan sebelum mengikuti langkah Kyuhyun menuju pintu gerbang makam. Kami melewati sekelompok orang yang tadi, sedang berkumpul di sebuah makam sambil berbisik-bisik, melemparkan pandang aneh kepada kami.

Hey- mereka tidak bisa melihatku bukan? Berarti mereka hanya melihat Kyuhyun sendirian sejak datang tadi. Padahal Kyuhyun sedari tadi mengajakku bicara..

“Kyuhyun-oppa, kurasa mereka menganggapmu kurang waras! Mereka kan tidak bisa melihatku!”

“Lalu kenapa? Aku tidak peduli, mungkin karena aku benar-benar gila! Hahahaha~!” Kyuhyun tertawa keras. Aku memanyunkan bibirku. Kyuhyun sengaja melakukannya supaya orang-orang itu mengira tebakan mereka benar. Dasar jahil!

Lalu pandanganku tertuju kepada sebuah makam. Terawat dan ditumbuhi bunga lily juga. Aku melayangkan diriku dan membaca tulisan yang terembos di batu nisan. Song Soora?

“Kau menemukan makammu? Ahaha, kau punya mata yang cermat Belle! Lihat bunga lily yang kutanam sudah tumbuh!” Kyuhyun menyusul di belakangku sambil tertawa-tawa.

“Bagaimana aku meninggal, Kyuhyun-oppa?” tanyaku. Yang kuingat aku mati karena keracunan.

Kyuhyun menatapku penuh emosi. “Kau dibunuh, Belle.”

Apa? Bagaimana bisa?

***

Aku mendarat di sebuah rumah yang sangat mewah. Modern, halaman yang luas, memukau setiap mata yang melihatnya. Tugasku hari ini sangat mudah, membuat impian seorang gadis remaja menjadi nyata. Sayangnya, kalian tahu bukan, setiap tugas malaikat tidak pernah dijelaskan siapa yang harus dimantrai. Alhasil, kadang terjadi banyak kesalahan yang membuat poin kami dikurangi.

Sebuah mobil masuk ke halaman dan berhenti di teras rumah tersebut. Kulihat seorang pria tua turun dan membukakan pintu mobil, keluarlah seorang gadis muda berambut pirang. Hey, sepertinya aku sudah pernah melihat perempuan itu! Aku ingat, dia kan sahabat Hyuncha, klienku dulu!

“Luna-ssi~!” Seorang wanita setengah baya keluar dan memeluk gadis itu. “Ajhumma sudah bilang, bukan? Seharusnya kau tidak naik kereta ke Ulsan! Seharusnya ajhumma menemanimu!”

“Aigo~ ajhumma. Kalau aku naik pesawat nanti malah salah masuk kereta ke tempat yang jauh bagaimana? Misalnya ke Eropa? Kekeke~!” Luna terkekeh. Ajhumma itu menggamitnya masuk ke dalam rumah sambil mengomel panjang.

“Ya~ Luna! Jangan buat ajhumma khawatir lagi ya? Untung Donghae, pacar Hyuncha-ssi, tinggal di Seoul jadi kalian bisa langsung diberangkatkan ke Ulsan! Bagaimana keadaan halmeonimu?”

“Sudah baikan, ajhumma. Kemarin beliau kecapekan. Halmeoni titip salam untuk Jooyeon-ajhumma.”

“Aigo~ halmeonimu itu sudah tua masih saja sibuk.. YA-!” Tiba-tiba ajhumma itu meneriaki seorang namja yang masuk ke dalam rumah tanpa menoleh. “Lee Kikwang! Langsung masuk tanppa memberi salam! Mana hormatmu!”

Namja itu menoleh dengan dingin dan membungkukkan badannya cepat, lalu berlalu. Jooyeon-ajhumma menghela nafas panjang dan menoleh kepada Luna.

“Aigo~ Luna. Jeongmal mianhae, sudah satu tahun kau di sini tapi sikapnya masih sama seperti semula.”

“Gwenchana, ajhumma. Kikwang-oppa pasti masih belum bisa menerimaku sebagai tunangannya. Aku akan berusaha untuk melunakkan hatinya!”

Aigo, jadi mereka? Bertunangan? Manisnya! Aku tersenyum sendiri membayangkan hubungan itu.

***

Beberapa menit kemudian, aku mengikuti Luna masuk ke dalam kamar yang berantakan dan kebetulan, pintunya tidak tertutup. Kamar namja, terlihat sekali dari dekorasinya. Kulihat namja yang tadi duduk di lantai sambil membaca manhwa (komik korea).

“Kikwang-oppa~?” Luna mendorong pintu kamar menggungakan bahunya. Kedua tangannya membawa nampan dengan mangkuk berisi ramyun di atasnya. Kikwang menoleh selama sedetik, lalu matanya kembali membaca manhwa itu tanpa ekspresi.

“Aku membawakan makan siang untuk oppa. Kudengar hari ini oppa tes ya? Pasti melelahkan. Ramyun akan menyegarkan oppa!” Luna menaruh ramyun itu di atas meja belajar.

“Aku tidak butuh ramyunmu,” Kikwang berkata tanpa mengalihkan perhatiannya dari manhwa yang dibacanya. Luna tersentak dan menunduk menatap lantai lalu pergi ke kamarnya sendiri. Kuikuti dia.

“Satu tahun..” Tiba-tiba dia terisak. Aigo- Kikwang perlu dihajar! Bagaimana bisa dia tega?! Kuputuskan untuk terbang ke kamar Kikwang dan terbelalak melihat dia sedang memakan ramyun pemberian Luna sambil membaca manhwa.

“Gadis bodoh,” gumamnya. “Pabbo.”

Eee? Sebenarnya apa yang namja ini inginkan?!!

***

Pukul empat sore. Pesta perpisahan Blue malam ini. Malam ini juga dia akan direinkarnasi menjadi manusia. Flo, Senior Ginerva, Padma, dan teman-temanku yang lain sudah mewanti-wantiku untuk datang. Huh, mereka kan tidak tahu aku dan Blue sedang marahan. Lagipula aku sudah memutuskan untuk tidak datang. Blue juga tidak mengundangku.

Lalu kenapa aku menjadi galau seperti ini? Biar saja Blue reinkarnasi Belle, kau bukan siapa-siapanya! Fokuskan dirimu kepada tugas yang dapat membuatmu reinkarnasi lebih cepat!

Reinkarnasi? Jujur aku sekarang sangat bingung. Pertemuanku dengan Kyuhyun yang dari masa laluku membuatku tidak ingin direinkarnasi cepat-cepat. Aku ingin mengetahui semua masa laluku dahulu, baru aku direinkarnasi. Ataukah, aku memang tidak minat lagi dengan reinkarnasi?

“Aaaah~!” seruan Luna membuatku tersadar dari lamunanku. Dia sedang bermain game sedari tadi, kulihat namanya The Sims atau apalah. Ada banyak karakter yang ia mainkan, salah satunya sangat mirip dengan dirinya. Entahlah apa yang ia lakukan dengan game itu..

Ah, aku bisa melihat nama karakter game yang ia buat sendiri itu memang dirinya. Dia membuat karakter dirinya sendiri di dalam game simulasi itu. Kulihat ada ahjumma yang tadi juga, Hyuncha, Key—kakak Hyuncha, dan teman-teman sekolah mereka.

Lalu kulihat karakter game yang sangat mirip dengan Kikwang. Aigo, dia membuatnya juga? Karakter yang benar-benar mirip itu, setiap melihat karakter Luna, muncul banyak hati dan wajah Luna pada awan kecil di atas kepalanya.

Karakter Kikwang mendekati karakter Luna dan mereka berbicara sebentar. Luna yang asli terlihat sangat tertarik saat mendapati karakter-karakter gamenya sedang berbicara berdua.

Lalu, kulihat karakter Luna memeluk karakter Kikwang. Sedetik kemudian, karakter Kikwang mencium karakter Luna perlahan. Kotak-kotak di bagian tengah bawah monitor, yang tadinya bergambar bibir merah berputar, berdesing cepat.

Have very first kiss,” gumam Luna. “Huh,” dia mendengus sambil memperhatikan karakternya di game.

Hmm.. tampaknya aku tahu apa yang harus kulakukan!

***

Tililit tililit.. Tililit tililit..

Aku mengerjapkan mata, terbangun karena ringtone ponsel genggamku. Nama Flo berkedip-kedip di layarnya. Huh, malam-malam menelepon? Biar kutebak, pasti karena acara ‘itu’?

“Belle! Kau di mana?! Semua orang mencarimu!” suara Flo yang panik terdengar begitu aku mengangkat panggilan itu. Aku mendengus.

“Hah, aku tidak datang Flo. Sedang ada tugas sampai besok mungkin.”

“Bagaimana bisa-?! Ini acara perpisahan sekaligus pelepasan reinkarnasi Blue!”

Ya, karena itu aku malas datang! Dia bahkan tidak mengundangku sendiri ke acaranya! Menyebalkan! Seminggu sudah berlalu dan kami masih saja saling mendiamkan diri.

“Sebenarnya apa masalah kalian? Belakangan ini tampaknya kalian saling menjauhi..”

Aku tersenyum samar mendengar nada sedih pada suara Flo. “Gwenchana Flo. Hanya saja waktu berjalan dan kami tumbuh dewasa, kadang banyak gesekan dan itulah yang terjadi pada kami.”

“Tetapi, apa kau tidak ingin melihatnya terakhir kali? Aku tahu hubungan kalian kadang tidak cocok, tapi bagaimanapun dia kan sahabatmu, Belle?”

Aku menelan ludah. Ingin? Tentu saja. Malaikat laki-laki itu adalah orang yang penting dalam hidupku dan mungkin saja kami tidak akan bisa bertemu lagi setelah ia reikarnasi..

“Flo- sampaikan salamku untuknya. Maaf.” Aku memutuskan sambungan telepon. Mataku berkaca-kaca. Kehilangan sahabat adalah hal yang paling aku benci.

“Mmmmh~!” Luna mengerang dalam tidurnya. Ya, aku sedari tadi tidur di kamar Luna. Tampaknya dia sedang bermimpi. Aha, daripada aku sedih sendirian, lebih baik aku melihat mimpi Luna!

Ses rêve!” Aku mengucapkan mantra untuk melihat mimpi. Sekelompok cahaya mengerubungiku dan tiba-tiba aku jatuh di atas rerumputan yang empuk. Kulihat Luna dan Kikwang sedang duduk bersisian di dekatku. Luna memperhatikan Kikwang yang asyik bercerita.

“..dan aku berhasil melakukannya! Kau tahu Luna-ssi, aku berhasil! Aku tidak percaya aku bisa mengalahkan Minho dalam pertandingan lari jarak jauh itu!” Kikwang menoleh ke Luna dan menatapnya bingung. “Kenapa kau melihatku seperti itu?”

“A.. aniyo~” Luna mengalihkan pandangannya dengan gugup. “Kau sangat hebat, oppa. Aku kagum.”

“Hahaha, gomawo!” Kikwang menarik dagu Luna dan mengecup pipinya. “Dan kau sangat cantik, nona muda. Kelak kau akan menjadi istriku..”

“Kikwang-oppa~” Luna menoleh dan mereka berdua saling bertatapan. Wajah mereka saling mendekat, mendekat, semakin dekat..

Tiba-tiba wajah Kikwang berubah menjadi Kang Hodong, pelawak terkenal. “Lunaaaaa~! Saranghae~!”

“HWAAAAAAAAA-!!!” Luna berteriak. Aku tersentak dan mendapati diriku terduduk di lantai kamar Luna. Rupanya Luna terbangun dari tidurnya. Dia duduk dengan nafas tersengal karena shock.

Kudengar suara kaki mendekat terburu-buru dan pintu kamar Luna langsung terbuka. “Ada apa? Ada apa?” ajhumma yang tadi siang datang dengan wajah panik. “Waeyo-? Gwenchanayo, Luna-ssi?”

“Gwenchana ajhumma.. Aku hanya.. bermimpi buruk..” Luna menatap ajhumma itu dengan wajah pias. Wajah itu semakin memucat begitu melihat siluet Kikwang yang berdiri di belakang ajhumma itu.

“Aigo- kukira perampok itu datang! Luna, tiga hari yang lalu tetangga kita ada yang kerampokan. Perampok itu bersenjata! Kukira dia datang! Aigo..”

“Ah, jeosonghamnida, ajhumma. Aku tidak bermaksud..”

“Sudahlah, tidak apa-apa! Untung hanya mimpi, kekeke~! Lanjutkanlah tidurmu ya, ajhumma mau melanjutkan membaca novel. Good night!” Ajhumma itu berlalu pergi.

“Ne, good night.” Luna tersenyum dan memandang Kikwang yang masih berdiri bersandar di kusen pintu kamarnya. “Kau tidak tidur, oppa?” tanyanya takut-takut.

“Lain kali, jangan mimpikan aku.” Kikwang memegang handle pintu kamar Luna, menyeringai. “Aku mendengar kau mengigau, menyebut namaku setiap malam!”

Luna memucat. “Jin.. jinjja?”

“Ne. Mimpikan tentang namja yang lain. Aku bosan.” Kikwang menutup pintu kamar Luna perlahan.

Luna terlihat kesal dan tiba-tiba ia berteriak, “BAGAIMANA BISA AKU MEMIMPIKAN LAKI-LAKI LAIN, PADAHAL YANG KUPIKIRKAN HANYA KAU, LEE KIKWANG!!”

Bisa kulihat Kikwang membeku di luar. Pintu itu tidak jadi menutup rapat. Kikwang membukanya, memberikan sedikit celah supaya Luna bisa melihat dirinya di luar kamar. Dia masih memegang handle pintu. Seketika dia tersenyum.

“Lalu? Gadis bodoh.” Dia menutup pintunya rapat-rapat. Kudengar langkah kaki meninggalkan kamar Luna dan suara pintu ditutup.

Luna terhenyak. “Hah! Lee Kikwang, kau selalu membuatku frustasi!”

***

“Oppa? Kikwang-oppa?” Luna mengetuk pintu kamar Kikwang keras. Tidak ada suara terdengar dari balik pintu itu. Luna terlihat bingung. “Oppa? Kata ajhumma kau menyuruhku membuatkanmu ramyun? Oppa-? Boleh aku masuk?”

Aku terkekeh. Hahaha, ini semua rencanaku kawan-kawan. Kikwang sedang tidur pulas di dalam, aku sengaja memantrainya! Lalu ajhumma yang tadi sengaja aku hipnotis untuk menyuruh Luna membuatkan ramyun sementara dia pergi meninggalkan rumah.

“Oppa~? Ah, sudahlah aku masuk saja!” seru Luna sambil membuka pintu menggunakan sikunya. Dia melihat Kikwang sedang tidur dengan wajah yang damai. Luna menaruh ramyun itu di atas meja belajar lalu duduk di pinggir tempat tidur Kikwang.

“Lee Kikwang, ah~” desahnya sambil tersenyum. “Kau selalu dingin kepadaku.” Tangan Luna merayapi rambut Kikwang. “Sudah tiga tahun aku menyukaimu, kau pasti sudah tahu!”

Luna menangis pelan, “Waeyo? Kikwang-oppa, aku hanya ingin mencintaimu.” Mata Luna menjelajahi isi kamar Kikwang dan terhenti kepada sebuah figura dengan foto Kikwang dan seorang yeoja cantik. Luna berdiri dan menatap foto itu dengan sorot mata kesal.

“Kau masih menyimpan foto dengan wanita yang sudah menghianatimu ini? Pabbo,” bisiknya dengan nada benci. “Aku benci yeoja ini! Sahabatku sendiri yang menghianatiku dan berpacaran denganmu! Kudengar dari teman-teman kau bertemu dengannya kemarin?”

Luna duduk di pinggir tempat tidur lagi dengan wajah sembab. “Geurae, oppa. Mulai hari ini aku akan menyerah. Kau terlalu sulit dan aku sudah capek. Lupakan pertunangan kita,” Luna menyentuh tangan Kikwang, menyentuh cincin yang melingkar di jari manisnya. “Aku akan pulang ke Ulsan..”

Luna mengelus kepala Kikwang dan mendekatkan bibirnya ke bibir Kikwang, berbisik perlahan, “Saranghae. Biarkan aku menciummu untuk kali pertama dan terakhir kalinya..”

Bibir mereka semakin mendekat, kurasa dalam gerakan yang sangat lambat! Aku tidak sabar! Dengan susah payah aku menekan keinginanku untuk mendorong Luna dari belakang! Dia sangat lamban!

GROSAK! MIAWW!!

Luna langsung menjauhkan dirinya dari tubuh Kikwang. “Ayaa~ apa yang kulakukan?!” bisiknya parau. Dia langsung berlari cepat tanpa suara dan menutup pintu kamar Kikwang.

Hah~ rencanaku gagal. Menyebalkan. Kukepakkan sayapku, berkeinginan untuk menyusul Luna dan mencari cara lain untuk mendekatkan mereka. Baru aku melayang sekitar 30 cm, kudengar suara tempat tidur berderik. Aku menoleh dan mendapati Kikwang bangun dari tidurnya.

“Pabbo,” gumamnya. “Hampir saja! Aish- Kikwang kau bodoh. Seperti gadis itu!”

JADI? SEDARI TADI DIA BANGUN? ISH~! MENYEBALKAN!

“KENAPA KAU TIDAK LANGSUNG MENCIUMNYA SAJA TADI, NAMJA BODOH!!” teriakku frustasi dan aku sangat menyesalinya! Aigoo! Aku tidak boleh berteriak karena manusia yang sensitif (terhadap hal-hal halus) bisa saja mendengar suaraku!

Benar saja, Kikwang tersentak kaget dan celingukan mencari sumber suara (yaitu aku). “Nuguya?”

Ah~ kepalang tanggung! Lanjutkan rencana improptu ini! Aku berbisik tepat di telinga namja bodoh itu, “Kau seharusnya bilang saja kau menyukainya, Kikwang! Apa salahnya? Apa kau gengsi?”

Kikwang menggaruk kepalanya. “Apa aku gila? Seakan-akan aku mendengar suara seseorang berbisik kepadaku? Aigo~ benar kata umma, tempat ini ada hantunya sejak Luna pulang dari Ulsan!”

Aku mengepalkan tanganku kesal. “Aku bukan hantu!!” desisku marah. Mentang-mentang aku sering kelepasan berteriak karena kaget dan ajhumma cerewet itu sering mendengarnya (lalu kemungkinan besar dia bercerita kepada anaknya ini), semerta-merta aku dituduh sebagai hantu!

“Lalu kau siapa?” Kikwang bertanya dengan nada bodoh.

“Aku.. aku.. malaikat penjagamu!” ujarku setengah berbohong. Penjaga cinta baru itu benar! Kekeke!

“Hah? Aigo, aku benar-benar gila!”

“Aniyo~ kau tidak gila! Tetapi kau gila kalau kau menyia-nyiakan Luna!” desisku keras.

“Aku hanya ragu,” Kikwang menyenderkan punggungnya ke sandaran tempat tidur. “Apakah dia jodohku? Jujur saja, tentang yeoja masa laluku itu aku sudah melupakannya sejak Luna dijodohkan denganku. Namun, kurasa aku..”

“Gengsi?” tembakku langsung. Kikwang mengangguk. “Apa perlu aku membuatmu yakin?” tanyaku sambil tersenyum senang. Kikwang menggangguk sekali lagi.

“Lalu,” kataku dengan nada riang yang tak bisa kusembunyikan. “Ikuti benang merah yang mengikat jari kelingkingmu itu. Cari di mana ujungnya.”

“Benang?” Kikwang mengangkat kedua tangannya, mengamatinya. “Di mana? Tidak ada!”

Ups- aku lupa! “Fil d’amour!” bisikku mengucapkan mantra. Mata Kikwang membulat ketika mendapati benang merah yang terjulur dari jari kelingking kirinya.

“Ikuti, ikuti dia!” cetusku perlahan. Kikwang mencariku lagi.

“Apa ini sungguhan?” tanyanya. “Kau nyata? Aku tidak gila kan?”

“Ne, kau gila tapi aku nyata Lee Kikwang! Ikuti dia! Bodoh!”

Kikwang langsung berdiri dan keluar kamar. Aku mengikuti sambil bersenandung. Kurasa pada laporan pekerjaanku akan banyak poin minus di sana, hiks.

Aku mengikuti Kikwang yang sedang membuka pintu kamar Luna dan berteriak, “Benangnya sampai sini? LUNA!”

“KYAAA~! TUTUP PINTUNYA PABBO, AKU SEDANG GANTI BAJUUU~!”

JEGLERRR!! Kikwang menutup pintunya dengan terburu-buru. Dia menggelengkan kepalanya, tampaknya sedang mengusir bayangan punggung Luna yang tadi terlihat tanpa sehelai benangpun. Aku terkekeh. Dia terlihat gusar dan menoleh ke kanan-kiri.

“Ya- kau malaikat! Kau sengaja ya?! Kalau Luna marah bagaimana?!”

“Cium saja dia,” kataku masih dengan kekehan khasku. Kikwang menghela nafas.

Semenit kemudian, Luna keluar kamar dengan kedua tangan penuh dengan koper. Dia terpana melihat Kikwang masih di depan kamarnya. Kikwang menghembuskan nafas panjang.

“Luna-ssi, aku..”

“Sudahlah, aku tidak marah kok, Kikwang-oppa.” Luna membuang muka. “Aku akan pulang ke Ulsan. Lupakan saja semua yang terjadi di antara kita selama ini.”

“Tapi Luna-ssi..”

“Sampaikan salamku kepada Jooyeon-ajhumma. Nanti aku akan menelepon untuk meminta maaf..”

“Luna~!” Kikwang berseru dengan suara keras. Luna menoleh dan menatap Kikwang kaget. Kikwang menghela nafasnya dan berjalan maju, sampai di depan Luna. Dia membungkukkan tubuhnya. Wajahnya mendekat ke wajah Luna dan Kikwang menempelkan dahinya ke dahi Luna.

“Jangan pergi.” Kikwang mengecup bibir Luna cepat. “Karena aku mau menjadi ciuman pertamamu.”

Luna membatu. Matanya terbelalak dan sedetik kemudian dia langsung memeluk Kikwang erat. Kikwang tersenyum dan menepuk-nepuk kepala Luna.

Kikwang melemparkan pandangannya ke tempat di mana aku melayang. Hey, apa dia bisa melihatku? Mungkinkah dia memperhatikan tempat di mana suaraku berasal? Kikwang menggumam, “Kamsahamnida, malaikat penjaga. Kalau bukan karena kata-katamu barusan aku takkan..”

Luna melepaskan pelukannya, “Siapa itu malaikat penjaga?”

Aigo- jangan katakan Kikwang! Jangan katakan kalau aku yang membuatmu melakukan ini semua! Setidaknya jangan katakan sekarang!

“Aniyo~ hanya imajinasiku saja sepertinya. Mungkin aku gila.”

***

Hari sudah malam saat aku kembali ke kediaman malaikat. Kurasa pesta reinkarnasi Blue juga sudah usai. Mungkin sekarang dia sudah dilahirkan ke dunia, menjadi bayi, memulai dari awal kembali.

Sudahlah Belle, hari ini kau cukup ambil laporan, pulang, lalu tidur! Esok hari kau akan bertemu Kyuhyun untuk cerita-cerita masa lalumu! Dengan lesu aku melayang menuju mesin-mesin yang berjejer di sepanjang koridor yang sepi. Kudekati mesin terdekat. Glek. Aku punya ketakutan tersendiri kepada mesin-mesin ini. Lebih dari satu bulan yang lalu, mesin-mesin ini berbuat ulah kepadaku dengan membuat kertas-kertas berterbangan mengejarku!

Ya, salahku juga sih, kenapa menendang mesin macet itu. Hehehe!

Kumasukkan nomor identitasku dan password-ku. Mengecek kemudian menunggu selama tiga menit, tidak seperti biasanya! Biasanya hanya perlu 45,23 detik menunggu kertas laporan pekerjaanku keluar.

Kudapati stiker “ANGELS’ RULES” dilekatkan di atas mesin ini. Aigo! Ini mesin yang mengeluarkan kertas untuk mengejarku itu! Ini mesin yang separuh rusak itu! Hah, menyebalkan! Pasti malaikat pengawas yang memindahkannya kemari!

Lima menit kemudian, mesin itu masih tidak bekerja. Sedari tadi ia hanya bersuara seperti suara mobil. Kuhentakkan kakiku kesal. “YA~! Apa kau butuh tendangan seperti tempo hari lalu? Tendangan maut?”

Mesin itu berhenti bersuara, lalu bergetar hebat. Lantai tempatku berpijak iktu bergetar. Aku menelan ludahku ngeri. Sayapku sudah berdesing cepat sedari tadi, bersiap kalau mesin itu mulai mengejarku dengan ledakan kertas seperti dulu..

Sedetik kemudian, dia berhenti dan mengeluarkan kertas dari printer-nya. Aku terkekeh, mesin itu ternyata takut kepadaku! Kuambil kertas itu, membaca laporanku masih dengan kekehan khasku.

 

LAPORAN PEKERJAAN

Nama: Belle Swim

Tanggal reinkarnasi: 12 Maret 2011 pukul 07.59

Poin: 63

Pekerjaan:

Rating pekerjaan: Mudah – Sedang – SulitSangat Sulit

Status pekerjaan: BERHASIL dalam waktu 28 jam  28 menit 28 detik dengan nilai 82

Hadiah: Poin plus 28

Kesalahan: Berbicara dengan manusia, terlalu banyak memantrai, dan HAMPIR MEMBOCORKAN IDENTITAS KEPADA KLIEN!

Hukuman: Poin minus 20

Konsekuensi hukuman:

Catatan: Kami sudah capai menghukummu dengan banyak hukuman, tetapi kau tetap tidak mau dengar! Dan jangan coba-coba menendangku lagi! Kau banyak memberitahu malaikat junior tentang ‘kalau macet ditendang saja’ kan? Gara-gara kau, aku diamuk teman-temanku, mereka mengadu banyak ditendangi malaikat! Gara-gara kau aku pindah dari tempatku semula! Kau menyebalkan!

Silakan tukarkan poin Anda ke sekretariat terdekat. Semoga hari Anda menyenangkan!

Print time: 13 Januari 2011 pukul 18.59

Aku memberengut membaca laporan pekerjaanku. Kutatap mesin aneh bin konyol itu dengan tatapan yang sama. “Ya~! Salahmu sendiri sakit-sakitan! Makanya kalau kau tidak mau ditendang, bekerjalah yang cepat! Mesin tua! Maaf saja ya, tapi kau memang menyebalkan!” Aku berbalik dan mengepakkan sayapku untuk pulang ke rumah.

GREEENGGG.. SHYUUUT! BUUKKH!! BUUKKH!! “ADAWWW!”

Kurasakan dua tamparan keras di pantatku. Aku menoleh dan melihat dua lipatan kertas tergeletak tak berdaya di lantai. Jadi mesin itu yang melempariku? Hhhrggh! Kuambil lipatan kertas itu dan kugulung jadi satu lalu kulempar ke mesin itu. Aku mengepakkan sayapku, terbang cepat dengan panik..

Karena mesin itu melempariku dengan kertas terbang lagi! Lari!! Selamatkan diri kalian!!

***

“Belle!” Senior Ginerva melambaikan tangannya, berjalan mendekatiku. “Aku tidak melihatmu di pesta Blue semalam! Kau kemana saja?”

Ditanya seperti itu aku jadi agak kikuk. “Ah, ada tugas yang sampai malam, senior. Apa pestanya asyik?”

Ginerva tersenyum suram, “Tidak. Blue hanya diam saja sejak tadi malam. Tadi pagi pun dia masih terlihat murung!”

“Tadi pagi?” tanyaku bingung. Bukannya seharusnya dia sudah menjadi manusia di bumi?

Ginerva terlihat bingung, “Lho? Kau tidak tahu? Semalam dia membatalkan reinkarnasinya! Dia tidak mau reinkarnasi—karena menunggumu—kurasa.. Kalian ada masalah ya?”

Menungguku? “Senior, kau tahu sekarang dia di mana?”

“Di kesekretariatan. Dia masih berurusan dengan malaikat pengawas karena keputusannya. Kudengar Komisi Kemalaikatan turun tangan langsung menangani kasus ini.. Hey, BELLE! KEMBALI!”

Aku tak menghiraukan seruan lantang seniorku yang sangat pintar itu. Sekarang dalam pikiranku hanyalah Blue, Blue, dan Blue. Aku berdesing terbang ke kantor sekretariat yang letaknya memang jauh dari tempatku bertemu dengan Ginerva tadi.

Ketika aku sampai, banyak orang berkumpul di depan. Blue sedang berdiri di tengah, menatap malaikat-malaikat berkacamata hitam yang berjajar di depannya. Astaga, itu kan pengawal Komisi Kemalaikatan! Berarti Blue benar-benar berurusan dengan mereka?

“..Lakukan sekarang, Blue. Lompat ke dalam lubang reinkarnasi dan semua masalahmu akan kami ampuni!” Suara menggelegar terdengar dari balik kerumunan. Aku menerobos kumpulan orang-orang itu dan kulihat seorang malaikat laki-laki tua berkumis tebal berdiri di depan Blue. Di antara mereka, sebuah lubang berpendar dengan warna biru cemerlang.

“Maafkan saya, Sir Arnold. Saya akan tetap di sini sampai yang saya tunggu datang.”

“Apa yang kau tunggu?! Reinkarnasi bukan hal yang bisa kau tunda! Lakukan sekarang!”  seorang malaikat wanita tua dengan hidung sangat mancung tiba-tiba datang menyeruak.

Blue menggeleng. “Maafkan saya..”

“Hah, habis sudah kesabaran saya Sir Arnold. Bisakah saya melakukannya sekarang? Toh dia sudah tidak berniat untuk direinkarnasi..” Malaikat wanita itu menatap Sir Arnold dengan tatapan tegas.

“Silakan, lakukan saja Miss Cassandra..”

“Pengawal. Cabut sayapnya. Dia sudah tidak pantas menjadi malaikat, apalagi direinkarnasi..”

Dua orang malaikat pengawal langsung mencekal kedua lengan Blue, lalu ada seorang penjaga yang datang dan memegang kedua sayap Blue. Astaga! Andwaee!

“Ucapkan selamat tinggal kepada sayap birumu..” Wanita tua itu tersenyum kejam. “Lakukan!”

“TIDAK!”

Semua kegiatan terhenti. Semua orang menoleh kepadaku—orang yang berteriak dengan intensitas yang sangat keras. Wajah mereka terpana, kemungkinan besar karena tak menyangka ada seorang malaikat kurang ajar yang menyela kegiatan Komisi Kemalaikatan—yang notabene adalah wakil dari malaikat utama, atasan besar kami.

“Dan, siapa kau?” tanya malaikat wanita tua itu, congkak. “Jangan ganggu kami kalau kau tidak punya..”

“Diakah yang kau tunggu, Blue?” Seorang malaikat wanita yang lebih muda datang maju, menjejeri Miss Cassandra. Dia menatapku dengan tatapan tertarik, tersenyum melihatku. “Miss Cassandra, mari kita tunggu dahulu. Blue pasti tak mau meninggalkan dunia malaikat tanpa menyelesaikan masalahnya.”

“Apa?! Tetapi, Violetta..”

“Sudahlah, Cassandra. Blue masih punya kesempatan untuk memperbaiki diri. Kalian berdua,” Mr. Arnold mengedipkan sebelah matanya kepadaku lalu Blue. “Pergilah ke salah satu ruangan di dalam dan selesaikan masalah kalian. Kalau sudah, lubang reinkarnasi menunggumu, Blue.”

Blue langsung berjalan mendekatiku dan menarikku pergi ke dalam gedung kesekretariatan. Terburu-buru, dia bahkan tidak menghiraukan jerit kesakitanku karena sayapku yang terbentur kusen pintu. Begitu melihat sebuah ruangan yang kosong, dia langsung mendorongku masuk, menyusulku, dan mengunci pintunya.

“Akhirnya kau datang!” semprotnya langsung. “Kau, kalau bukan karenamu aku takkan berani membantah mereka yang berkuasa!”

Aku menatap Blue kesal. “Siapa yang suruh menungguku?! Kau yang mempersulit posisimu sendiri, Blue! Kalau kau tahu akan begini jadinya, seharusnya kau langsung reinkarnasi tanpa menungguku!”

“Ish! Kapan kau peka Belle! Aku menunggumu karena aku..” Wajah yang, kuakui memang, tampan milik Blue berubah warna menjadi ungu merah. “Mmmh, ada banyak yang ingin kukatakan kepadamu.”

“Apa itu? Katakan saja,” ujarku mengacuhkan perubahan warna wajah namja itu.

Blue menghela nafas. “Hentikan pencarian masa lalumu.”

“Waeyo?” Aku melipat kedua tanganku ke dada. “Aku tidak akan pernah menghentikannya. Apapun alasan yang kau pakai, Blue. Biar kau mengancam akan membunuh dirimu..”

“Kalaupun aku bisa, aku mau Belle. Tetapi alasanku akan membuatmu benar-benar,” Blue tersenyum tipis. “Membenci orang yang kau anggap penting di masa lalumu.”

“Aku tidak peduli,” kataku cepat. “Hanya itu yang kau katakan? Aku menyesal datang kemari.”

“Aku minta maaf,” Blue menunduk menatap lantai. “Soal kemarin. Bukannya aku tidak mau memberitahumu tentang tanggal reinkarnasiku. Aku sendiri pun sangat ingin reinkarnasi bersamamu.”

“Aku sudah tidak mempermasalahkan hal itu,” ujarku sambil memanyunkan bibirku. “Aku pikir lagi, kita sangat konyol bertengkar karena masalah itu. Aku juga minta maaf.”

“Untuk apa?” tanya Blue sok polos. Aku mendengus dan dia tertawa. “Aigo- tentang mantra masa lalu itu? Sudahlah, aku maklum kalau kau memang beringas!”

“YA-! BLUE!”

“Kekekeke~ ah. Aku belum bilang ya, kalau aku punya mantra masa depan juga?” Blue tersenyum riang. Aku menatapnya tertarik. “Kau penasaran ya? Kekeke, aku menjadi malaikat lebih dahulu darimu! Pantas kan kalau aku punya semuanya!”

“Iya, percaya kau yang malaikat TUA!” seruku sebal. Hey, kalau dia punya mantra masa depan, dia tahu bagaimana masa depannya setelah direinkarnasi bukan?

“Kalau begitu, urusan kita selesai!” Blue membuka pintu ruangan yang kami tempati dan berjalan keluar. Aku tersentak. Waktu begitu cepat berlalu. Aku mengikuti Blue, menyusuri lorong gedung yang sepi.

“Belle,” Blue berbalik dan menatapku penuh emosi. “Boleh aku memelukkmu, terakhir kali?”

Kulihat sepercik cahaya di matanya. Entah apa itu. Aku maju dan memeluknya erat. Dia memelukku juga, kurasakan debaran jantungnya yang sangat cepat. Aigo- aku tak ingin melepas pelukan ini.

“Blue,” cetusku di sela-sela pelukan kami. “Kau pasti tahu apa yang akan terjadi pada kita bukan? Maksudku, setelah direinkarnasi?”

“Ya, tentu.” Blue memelukku semakin erat. “Aku hanya akan memberimu nasihat, percaya kepada hatimu dan kau akan menemukan segalanya. Kau akan bertemu denganku juga, kalau kau mengikuti hatimu.” Blue mencium puncak kepalaku. “Aku akan selalu melindungimu, seperti dulu. Saranghae.”

“Nado, saranghae oppa.”

***

Seminggu berlalu sudah sejak reinkarnasi Blue, aku merindukannya. Flo melarangku mencari keberadaan bayi Blue di bumi, jadi aku tidak tahu keberadaannya. Kalian  pasti tahu bukan, kami dilahirkan kembali ke bumi menjadi seorang bayi.

Satu-satunya yang bisa kulakukan sekarang adalah berdoa, semoga bayi Blue ada di tangan yang benar. Orang tuanya seharusnya juga baik hati, seperti anaknya? Kekeke, kalau ada Blue aku takkan mau mengatakan dia baik hati! Bisa meledak kepalanya karena membesar!

“BELLEEEE~!”

Aku menoleh. Kyuhyun menghampiriku dengan cengiran khasnya—cengiran khas setan. Astaga, namja itu tetap saja cuek! Sudah seribu kali aku memberitahunya jangan memanggilku dengan suara keras, mengajakku bicara dengan kentara, dan lain-lain—karena aku tak mau manusia lain menganggapnya gila—tapi dia tidak menggubris laranganku! Menyebalkan, aku sudah capek!

“APA?!” tanyaku ketus. “Kau telat sepuluh menit, Cho Kyuhyun! Menyebalkan.”

“Mianhae,” Kyuhyun tersenyum manis, membuatku tidak jadi menumpahkan kekesalanku. “Ayo, kita jadi mengunjungi rumahmu dahulu, bukan? Aku juga akan menunjukkan SMP kita dahulu!”

“Ne, ne! Kajja!” Aku mengibaskan tanganku menyuruhnya berjalan duluan. Dia mengangguk dan berjalan terlebih dahulu. Aku mengikuti sambil bersenandung riang.

Lalu kulihat sesuatu yang aneh di jari kelingking kiri Kyuhyun. Sama sekali tidak ada benang merah di jemari kelingkingnya. Kulirik tangan kanannya—karena beberapa manusia ada yang memilikinya di tangan kanan, kami menyebutnya abnormal— sama saja. Tidak ada benang penanda jodoh itu.

Bagaimana bisa? Bukannya semua orang memilikinya? Kenapa dia tidak memilikinya?

THE END

©2011 by weaweo

———————————————————————————————————–

HURRAY~ sudah selesai membaca? gimana pendapat kalian? perlu diterusin? 😛

jangan kabur gitu aja dong setelah baca, ayo komen dulu 1-2 patah kata. per kata aku hargai Rp. 1 (?) wekekekeke 😀

comment please. good reader gives comment, isnt it?

24 thoughts on “[FF] Belle The Angel: First Kiss For Her

  1. tafunazasso says:

    AHH , sumpah~ aku suka banget ff ini !!
    Blue~ jangan pergi !! aku justru suka banget sama karakter Blue hha ^_^
    Kyuhyun manusia bukan sih ?
    terus Belle suka Kyu atau Blue ?#kebanyakan nanya
    aish , langsung ke part selanjutnya aja deh*terbang ke part selanjutnya

Leave a comment