[FF] Belle The Angel: Love In The Train

title: Belle the Angel: Love In The Train
author: weaweo
length: oneshot
rating: T
genre: fantasy, romance, AU, comedy (kayaknya ngga ada)
cast: Belle, Onew as Blue, Flo, Padma, Key, Lee Taemin, Kim Hyuncha, Luna, Park Hyunah 4Minute


say no to plagiarism!

please leave comments after read

 ———————————————–

 

 Belle the Angel: Love In The Train

by weaweo


“Song Soora..”

Aku terbangun secara tiba-tiba dengan kepala pening. Sudah tiga malam aku bermimpi tentang ini. Suara wanita yang mendayu-dayu, memanggil-manggil seseorang. Malam pertama aku tidak menemukan wanita itu, namun aku yakin kalau aku sudah berada di dekatnya. Malam kedua, sosok wanita itu telihat olehku. Namun ketika aku sudah berada di jarak tiga meter darinya aku terbangun. Dan malam ini, ketika aku sudah berhasil mencapainya dan menepuk bahunya, dia menghilang. Hanya meninggalkan angin yang masih menyerukan nama itu, Song Soora.

Siapa wanita itu? Mengapa dia ada di mimpiku?

***

“Berapa banyak yang ingin kau tukarkan?”

“Memangnya berapa banyak poinku?”

“Hemm, biar aku cek dahulu. Tunggulah sebentar,” malaikat laki-laki itu berbalik menghadap komputernya. Sekarang aku sedang ada di kantor sekretariat, berniat menukarkan sebagian poinku.

“Ah- poinmu 63, nona. Kau mau menukarkannya dengan apa? Aku rekomendasikan mantra cinta super ampuh khusus klien keras kepala, butuh 56 poin. Atau mesin turbo kecepatan tinggi untuk sayapmu? Itu hanya membutuhkan 62 poin.”

“Hmm,” kuperhatikan daftar benda-benda yang tersedia. “Tidak ada mantra untuk mengetahui masa lalu seseorang? Kata orang-orang kau bisa mendapatkannya dengan poin 60 saja?”

Petugas itu langsung muram, “Sudah ditarik. Sebulan yang lalu ada malaikat dari sektor 78b yang menggunakannya untuk mengetahui masa lalu seorang yeoja piatu. Dia langsung stres begitu tahu dia adalah ibu yeoja itu, lalu Komisi Kemalaikatan memutuskan bahwa mantra itu berbahaya.”

“Oh. Kalau begitu, aku akan menukarkan sepuluh poin untuk memajukan tanggal reinkarnasi.”

Petugas itu menghadap komputernya lagi, sebuah kertas keluar dari mesin printer. “Sepuluh, tanggal reinkarnasimu semula 12 Maret 2011 pukul 08.00, sekarang maju menjadi pukul 07.50…”

Aku tersenyum kecut mendengarnya. Beberapa hari ini harga tanggal reinkarnasi memang sedang melambung. Dulu sepuluh poin bisa untuk dua puluh menit, sekarang?

“..Ini bukti penukarannya. Semoga harimu menyenangkan!” Malaikat itu mengedipkan sebelah matanya. Aku tersenyum lalu meninggalkan tempat itu dengan langkah gontai.

Kecewa sekali. Yah, satu-satunya alasanku menginginkan mantra itu adalah masa laluku. Mimpiku semalam benar-benar membuatku berpikir dalam. Apa wanita itu bagian dari masa laluku? Aku yakin ini ada hubungannya denganku. Aku harus mencari tahu tentangnya, tapi bagaimana?

BRUK.. Aku jatuh terjembab. Sial, baru berjalan beberapa meter saja aku sudah menabrak! “Mianhae!”

“Gwenchana, Belle Swim.” Suara itu membuatku mendongakkan kepala. Blue tertawa melihatku mendengus dan mengulurkan tangannya. Kusambut tangannya dengan ego memuncak.

“Kau kenapa? Mukamu parah sekali. Kau dari kesekretariatan?”

Aku menghembuskan nafasku panjang. “Tidak apa-apa. Perasaanku sedang buruk.

“Oh, apa karena Siwon bertunangan dengan Yoorin?” Dia menangkap pandangan bingungku. “Kau kan suka Siwon! Wajar aku berpikir seperti itu!”

Aku tertawa. Kedua klienku yang lalu itu memang sudah bertunangan kemarin, kata Hermione malaikat pernikahan. “Aniyo- tentu saja tidak! Tidak akan mungkin aku jatuh cinta kepada manusia sebelum aku direinkarnasi! Emmh- Blue!” Tiba-tiba terlintas di kepalaku ide gila yang ingin kusampaikan pada Blue.

“Bagaimana kalau kita direinkarnasi pada tanggal yang bersama? Aku.. aku hanya ingin mencari teman! Kau tahu—siapa tahu hubungan kita akan lebih baik saat kita..” Kuhentikan ucapanku karena kulihat Blue memelengkan kepalanya. “Blue?”

Blue menoleh sambil tersenyum lebar, “Geurae! Tetapi kalau kau ingin bersenang-senang, ikut aku saja sekarang? Aku butuh partner untuk tugasku selanjutnya bersama seorang malaikat junior.”

Yah, tak ada salahnya aku melepaskan pikiranku tentang mimpi itu. “Ne, kajja!”

***

Kami bertiga mendarat di sebuah stasiun subway yang sangat ramai. Banyak orang berlalu-lalang, sebagian besar komuter Busan yang sibuk dengan urusan masing-masing.

“Kau yakin sudah menyebutkan koordinat yang benar, Padma?” tanya Blue kepada malaikat junior yang kami bimbing. Yah- kami memang ditugaskan memberikan contoh praktek kepada seorang rookie. Agak merepotkan! Kata Blue, kalau bukan Flo yang menyuruhnya dia juga tidak akan mau.

“Sudah, senior! Aku yakin sudah menyebutkan koordinatnya!” Padma memberikan kertas bertuliskan koordinat tempat klien yang diberikan malaikat kesekretariatan tadi.

“Sudah benar. Kalau begitu kita berpencar. Padma, kau menyusuri jalan ini. Belle kau ke seberang rel dan mencarinya di sana..”

“Senior Blue? Kau kemana?” tanya Padma bingung.

“Aku tetap di sini, menunggu info dari kalian- ADUH!” Blue memegangi lengannya yang aku cubit keras. Salahnya sendiri kenapa otaknya penuh akal bulus!

“Blue kau yang melakukan tugas Padma! Padma, tunggulah di sini.” Aku tersenyum melihat Padma yang terlihat panik. “Gwenchana, kami tak akan lama!”

Kukepakkan sayapku terbang ke seberang rel subway, mencari klienku. Tadi aku sudah melihat wajahnya, namja muda tampan. Foto yang diberikan Flo langsung diremas-remas oleh Blue, mungkin dia kesal karena aku dan Padma terpesona melihat namja itu.

Kuperhatikan Padma (yang ada di seberang), menontonku dengan cemas. Blue sudah mulai mencari klien kami. Setelah melambaikan tanganku menenangkan Padma, kualihkan perhatianku kepada ribuan manusia yang ada di sini. Kutolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri mencarinya. Sebuah kereta tiba dengan suara sangat halus dan pintunya membuka secara bersamaan. Banyak orang yang keluar, banyak juga yang masuk. Asyik juga memperhatikan manusia- tetapi kau harus hati-hati karena mereka tidak diperbolehkan berjalan menembusmu!

KYAAAA-! Kunaikkan tubuhku ke atas begitu menemukan seorang namja hampir berjalan menembusku dari belakang! Untung saja aku tidak terlambat- bisa gawat kalau sampai itu terjadi! Hey- namja itu? Dia kan laki-laki yang ada di foto.

“Key-oppa!”

Namja itu memberhentikan langkah cepatnya dan menoleh ke belakang. Dua orang remaja yeoja berlari menyongsongnya. Tiba-tiba, salah satunya terhuyung jatuh ke depan, tersandung lantai yang licin..

Flotter-” desisku perlahan dari atas (aku masih melayangkan tubuhku). Yeoja itu seakan-akan melayang pelan dahulu sebelum jatuh membal di lantai.

“Kyaaa- Luna! Gwenchanayo?” Yeoja yang lain membantunya berdiri. Namja bernama Key itu berlari menghampirinya dengan wajah khawatir.

“Gwenchana, Hyuncha, Key-oppa! Aku tadi seperti jatuh ke atas kasur! Hihihi.”

“Hah, Luna. Lain kali kau harus hati-hati, ara?! Kau tadi bisa jatuh ke bawah sana, kau tahu?” Key menunjuk jalur rel di sebelah kanannya.

“Molla, oppa! Kekekeke- kyaaaaa! Sakit!” Luna memegangi kepalanya yang dijitak Key.

“Sudahlah, oppa! Dia memang begitu!” Gadis bernama Hyuncha itu ikut-ikutan menjitaki Luna. AH! Aku ingat, dia Hyuncha yeojachingu Donghae, klienku dahulu, dan namja ini kakaknya! Aku sudah pernah melihatnya kemarin dahulu!

“Tumben oppa baru pulang?” Hyuncha memandang kakaknya sambil tersenyum misterius. “Biasanya jam dua kau sudah sampai rumah! Kenapa baru sampai jam empat sore?”

“Ah,” Key terlihat salah tingkah. “Aku ada urusan tadi di kampus. Kalian mau kemana?”

“Mengantarkanku ke Ulsan, oppa! Halmeoniku sakit- Hyuncha menemaniku ke sana.” Luna tertawa kecil. “Kau tidak keberatan, kan oppa?”

“Aniyo, asal kalian tidak aneh-aneh! Hyuncha, Luna, jangan sampai kalian salah kereta seperti bulan kemarin saat kalian pergi berniat pergi ke Mokpo malah ke Jeonggeop!”

“Tidak akan, oppa! Kami tidak akan salah masuk kereta lagi!” ujar Luna tepat saat pengumuman kereta akan berangkat diperdengarkan. “Ah- itu kereta kami! Harus cepat, Hyuncha! Kajja!”

“Ne! Ah, annyeong oppa-ku tersayang!” Hyuncha berjalan memasuki kereta yang ada di belakangnya, Luna berjalan mengikutinya. Banyak orang yang memasuki kereta itu. Lalu pintu menutup tiba-tiba.

“An-nye-ong!” Kedua yeoja itu berkata tanpa suara dan melambaikan tangan. Key membalasnya. Kereta subway mulai berjalan dengan lambat dan lama-kelamaan menjadi cepat, meninggalkan stasiun. Key bahkan masih melambai kepada kereta yang sudah berjalan itu. Blue dan Padma sudah menyusulku. Tangan mereka saling menggenggam—menyebalkan! Eh, kenapa aku jadi sebal begini?

“Ah,” Key menurunkan tangannya begitu kereta itu tidak terlihat lagi. “Apa mereka benar-benar tidak salah kereta?” Dia menoleh ke monitor penampil jadwal kereta dan membacanya. “Yang baru saja berangkat, Korail 5, pukul 16.12, menuju ke Seoul.. MWO? SEOUL?! HYAAAAAAA!”

Aku tertawa terbahak-bahak. Key menatap kereta yang mulai berjalan menjauh dengan senyum pahit. Mungkin dia sedang berpikir tentang keselamatan adiknya.

“Heh- anak muda! Bisakah kau diam?” Seorang petugas stasiun mendatangi Key dan menepuk bahunya. Key berbalik dan dia mengernyitkan dahi. “Ya- kau namja yang tadi? Sudah tiga kali kau naik kereta dan sudah tiga kali juga kau tiba di sini! Apa yang kau lakukan?”

“Gwenchana! Anyyeonghaseo, abeoji! Semoga sisa harimu menyenangkan!” Key membungkukkan tubuhnya lalu berlari pergi meninggalkan petugas itu. Kami mengikutinya. Saat aku sampai di sisinya, kudengar Key menggumam kecil, “Dia tidak datang.”

Hey- dia menunggu seseorang? Jadi, dia pergi dan pulang berkali-kali menaiki kereta hanya untuk itu?

***

Sudah hari kedua aku, Blue, dan Padma mengikuti Key kemanapun ia pergi. Tadi pagi saat menaiki kereta hendak berangkat kuliah, dia juga masih mencari sosok yeoja itu, namun tidak kami temukan. Kereta subway yang kami tumpangi sudah sampai di stasiun di Busan. Key masih tertidur di bangku penumpang. Orang-orang bahkan tidak berusaha membangunkannya- mereka pergi begitu saja.

“Senior, dia tetap tidak terbangun!” Padma menatap Key panik saat pemberitahuan bahwa kereta akan berangkat.

Blue mendengus kesal, “Sudahlah- nanti juga dia terbangun.”

Kurasa tidak. Dia semalam memang tidur sampai larut. Ummanya histeris di rumah gara-gara Hyuncha dan Luna ‘berhasil’ mencapai Seoul secara tidak sengaja dan dia menenangkannya. Saat Blue dan Padma sedang ribut membicarakan Key, kuputuskan untuk menendang kaki Key.

BUKK.. “AH.. HMM?” Lihat dia terbangun bukan? Tendangan yang keras dariku sangat manjur.

“Kyaa- akhirnya dia terbangun!” Padma memekik senang. Aku tersenyum tipis melihatnya dan segera kuhentikan begitu melihat tatapan Blue yang mengarah padaku (kurasa dia tahu).

“Ah- siapa yang menendangku?” Key mengucek matanya dan terlihat bingung. Kekeke- tentu saja, karena sudah tidak ada orang di sekitarnya. Manusia yang masuk kereta ini hanya sedikit.

“Hah- kurasa hanya bayanganku.” Key berdiri dan membenahi kemejanya. Bangku yang ia duduki tadi terletak di sebelah pintu kereta. Pemberitahuan bahwa kereta akan segera berangkat terdengar lagi.

Lalu seorang yeoja dan anak kecil masuk. Key masih membersihkan debu-debu di tubuhnya dan menoleh ketika yeoja itu lewat. Yeoja itu duduk di bangku di sebelah bangkunya tadi. Key memelototkan matanya, menoleh dengan cepat, kemudian duduk lagi di bangkunya.

“Hey? Apa yang dia lakukan?” desis Padma panik (lagi).

“Dia menemukan yang dia cari,” ujarku sambil tersenyum. Yeoja yang manis, Key. Kau pintar memilih.

***

Sudah satu jam perjalanan dan setengah jalan menuju Seoul, tetapi Key masih belum mengajak yeoja itu berbicara. Apa yang dia lakukan? Kenapa begitu lama? Apakah dia malu? Padahal begitu sedikit orang yang duduk di dalam sini! Apa yang kau lakukan Key?! Kenapa kau seperti itu? Kau ingin mendekatinya bukan?

Bicara tentang orang- sedari tadi ada yang memperhatikan bangku yang aku, Blue, dan Padma duduki. Yah- kusebut dia memperhatikan bangku karena manusia kan tidak bisa melihat kami! Tetapi aku tidak berani untuk membalas memperhatikannya. Aku terlalu takut- kurasa dia sedang memperhatikanku.

“Hah- tampaknya dia malu, Belle.” Kutolehkan kepalaku ke Blue. Senang rasanya dia mengajakku bicara, mengalihkan perhatianku dari apa yang aku pikirkan sekarang. “Bagaimana kalau kita mantrai saja?”

“Kau serius? Apa itu hal yang paling baik?”

“Menunggu sampai kereta ini berhentipun dia tidak akan melakukannya! Aku tahu.”

“Baiklah, Tuan Serba Tahu!” desisku kesal karena Blue memasang wajah liciknya. “Lakukan saja.”

“Araseo Nona Keras Kepala! Faites-lui le courageux, faites-lui amities, HWAA!” Kereta mulai berguncang hebat. Percikan kemilau cahaya mantra Blue keluar dengan gelombang aneh dan.. meleset. Mengenai anak kecil yang duduk di pangkuan yeoja itu.

“Ah- sial!” Blue memaki keras. Aku menatap Blue ketakutan.

“Bagaimana ini?” tanyaku panik. Sementara itu, anak itu mulai menatap Key dalam pandangan yang tidak biasa. Gawat.

“Molla! Bagaimana Padma?!” Blue juga terlihat panik.

Padma berjengit, “Mana aku tahu! Aku bersama kalian untuk belajar!”

“Blue kau tidak bisa diharapkan! Kyaaaa-!” Aku berteriak begitu melihat anak itu melompat dan memeluk Key gembira. Yeoja itu terbelalak, Key juga. Beberapa orang menoleh.

“Hyuuuung, saranghaeyoo~!” Anak itu langsung mengecup pipi Key, yang meringis sambil berusaha menyingkirkan tangan kecil yang mencengkramnya.

Yeoja itu terlihat panik. “Jeongmal mianhamnida! Taeminnie! Ayolah, sayang, berhentilah!”

“MWOOOOO-?” Aku, Blue, dan Padma berteriak bersamaan. Kami kira anak itu perempuan…

“Shireo, umma! Hyung ini ganteng! Hyung, saranghaeyo~!”

“Blue, cepat kau tanggung jawab!” hardikku kepada Blue (yang malah tertawa terbahak-bahak).

“Hahaha- sebentar Belle! Ini lucu sekali, ahahahahahah! ADUH!” Kujitak kepala Blue keras.

Taemin, anak itu, mulai dengan ganas berusaha mencium bibir Key yang seksi. Key dan umma anak itu berusaha melepas cengkraman Taemin, tetapi tidak bisa. Aaaaah-! Tadi hampir saja kena bibirmu Key!

Lalu seseorang datang dan mengangkat anak itu, menjauh dari Key dan ummanya. Seorang namja bertubuh jangkung. Aku tidak melihat wajahnya karena dia memunggungiku.

“Tampaknya kalian berdua kesusahan, tidak apa bukan kalau-?”

“Ah, kamsahamnida!” umma anak itu dan Key berseru bersamaan.

Namja itu tiba-tiba berbalik dan menunduk, meletakkan anak itu tepat di depan kami (aku, Blue, dan Padma duduk di depan Key dan yeoja itu persis). Lalu dia mendongak, kedua tangannya memegangi anak itu agar tidak lari kembali ke Key.

Aku terbelalak- dia namja yang tempo hari memperhatikanku saat aku menemani Flo mengajar malaikat-malaikat kecil murid akademi!

Dia tersenyum, senyumannya mengarah kepadaku. “Lakukan,” desisnya tanpa suara.

Inverse,” kuucapkan mantra itu dengan tanganku mengarah ke Taemin (yang meronta-ronta, memberontak sekuat tenaga).

Mantra itu mengenainya dan dia langsung diam. Namja itu mengangkatnya dan mengembalikannya ke genggaman ibunya.

“Taemin! Kau kenapa? Gwenchanayo-? Apa kau kesurupan? Cepat minta maaf kepada hyung ini!”

Taemin menatap Key tidak mengerti. Tentu saja, mantra Inverse adalah mantra pembalik. Dia tidak akan ingat apa yang dia lakukan karena mantra yang dibalik menggunakan Inverse. Walaupun begitu dia tetap menunduk dan mengatakan, “Mianhamnida,” dengan suara teramat pelan.

Key meringis, “Gwenchana. Tampaknya kau bingung. Mungkin tadi dia benar kesurupan!”

“Hah, mianhamnida.” Yeoja itu menundukkan kepalanya kepada Key. Sejenak kemudian dia menoleh kepada namja misterius tadi, “Kamsahamnida. Terima kasih atas bantuan Anda!”

“Sama-sama.” Namja itu duduk di bangku sebelahku (aku memang duduk di pinggir sendiri- Blue ada di tengah) dan mengerling sejenak kepadaku. Siapa dia? Sudahlah, kualihkan saja perhatianku kepada interaksi Key dan yeoja itu.

Blue berbisik sangat pelan, hampir tak terdengar. “Kenapa dia bisa melihatmu?”

“Molla. Sudahlah Blue, aku tidak mau ambil pusing.” Sementara itu, Key dan yeoja itu mulai berbicara saling memperkenalkan diri.

“Kim Kibum imnida- panggil saja Key.”

“Kim Hyunah imnida. Ini Lee Taemin.”

“Annyeong, hyung!” Taemin yang mungkin baru berusia tiga tahun tersenyum.

“Annyeong, Taemin-ah. Kau lucu sekali! Imut!” Key mencubit pipi Taemin yang memang menggemaskan.

“Ahhh!” Taemin mengerang. “Aku itu garang hyung-! Bukan imut!” Key dan Hyunah tertawa terbahak-bahak.

“Tumben sekali,” Hyunah memulai pembicaraan. “Kau masih ada di sini? Kita sering berpapasan kan?”

Key kentara sekali senang, “Ya- senang kau mengingatku.”

“Tentu saja- aku dan anakku sering melihatmu, sayang tidak ada waktu untuk berkenalan.”

Sisa waktu yang ada mereka habiskan untuk saling bercakap-cakap. Walaupun Key tahu Hyunah sudah punya anak (dan sedang dalam proses perceraian—tadi Hyunah berkata seperti itu), tapi percikan cintanya tetap ada. Kurasa dia tidak peduli status Hyunah. Suasanan berubah saat Key menanyakan kenapa Hyunah dan suaminya berpisah. Itu membuat Hyunah diam beberapa saat lamanya.

“Noona- kalau kau tidak mau jawab tidak apa-apa! Aku takkan memaksa, hahaha.”

Tawa kikuk Key membuat Hyunah menoleh dan tersenyum. “Kami tidak begitu akrab lagi sejak dia tinggal di Incheon dan aku di Seoul. Anakku dibawanya- kami jarang bertemu- dan begitu aku ke rumahnya.. Dia sedang bersama yeoja lain.”

Key terkesiap. Aku juga- tak kusangka Hyunah akan bercerita kepada Key. Hyunah hanya tersenyum melihat ekspresi Key.

“Itulah sebabnya aku sudah bersumpah takkan menjalin hubungan dengan namja lagi.”

Di terangi cahaya lampu- kulihat wajah Key langsung memucat. Hyunah menyadarinya, dia menatap Key khawatir. “Gwenchanayo-? Key-ssi??”

“Ah, gwenchana. Oh, lihat kita sudah sampai.”

Benar, kereta subway yang kami tumpangi sudah sampai di Seoul. Taemin menandak-nandak riang dan berteriak-teriak, “Sampai! Sampai!”

“Iya, sayang- kita sudah sampai. Kalau begitu, katakan kepada Key-hyung kalau kita akan berpamitan!” Hyunah mendorong anaknya maju menghadap Key.

Taemin tertawa, “Selamat tinggal, Key-appa!”

“Ha? Key-appa?” Hyunah dan Key berkata bersamaan. Mereka saling berpandangan dan tertawa.

“Key-hyung, Taeminnie.” Hyunah menggandeng tangan Taemin yang kecil. Taemin hanya menatap ibunya tidak mengerti.

“Umma- dia appa!”

“Aniyo- appamu ada di Incheon—”

“Appa! Key-appa! Key-appa, kita bertemu lagi?”

Key tersenyum memaklumi. “Ne, pasti!”

“Janji?”

“Janji! Janji laki-laki!”

“Baguslah!” Taemin tertawa lepas. Key menepuk kepalanya dan ikut tertawa. Hyunah hanya menggelengkan kepala sambil tertawa juga.

“Kalau begitu, anyyeong haseyo—”

“Tunggu, Hyunah-ssi..” Tangan Key menarik kembali tangan Hyunah, mencegahnya pergi keluar kereta yang sudah berhenti.

“Ne?” Hyunah menatap genggaman tangan Key dan tiba-tiba saja pipi Key merona merah.

“Aniyo—mianhamnida..”

“Ah.” Aneh sekali—apa aku tidak salah lihat? Kenapa kurasakan Hyunah tampak kecewa?

“Dia butuh keberanian.” Saking fokusnya aku kepada klien aku sampai tidak sadar kalau Blue dan Padma masih ada di sekitarku. “Biarkan aku memantrainya!” desis Blue tak sabaran.

“Andwae- nanti tidak kena seperti tadi! Kau saja, Padma! Beri dia keberanian!” gertakku cepat.

Padma mengangguk gugup. “Emmh- courage..” Kerlipan cahaya masuk ke dalam tubuh Key.

“Sudah ya- anyyeong Kibum-ssi.” Hyunah dan Taemin pergi keluar sambil bergandengan.

“Chamkanman! Hyunah-ssi! Maukah kau datang ke Busan Station pukul tiga besok? Aku akan tetap menunggumu!”

Hyunah menoleh dan menatap Key tak percaya, lalu dia mengangguk. Kudengar dia berseru, “Ne!” saat berlari menjauh dengan Taemin yang tangannya tergenggam erat.

Key terlihat sangat lega dan dia berjalan keluar dengan wajah yang lebih berseri-seri dari pada sebelumnya.

“Blue- aku dan Padma akan mengikuti Key. Kau ikuti Hyunah-ssi,” kataku kepada Blue. Blue mengangguk. Kami bangkit dari bangku secara bersamaan, Padma terbang dengan cepat dan aku melangkahkan kaki, hendak menyusulnya, namun tangan namja yang tadi menghalangi. Mataku melotot melihatnya—aku hampir saja menabrak tangannya.

“Jangan pergi,” desis namja itu. “Jebal.”

Aku mengerling Blue ketakutan. Blue menyuruhku pergi dengan isyarat tangannya. Aku mengepakkan sayapku dan terbang pergi. Sebelum aku benar-benar pergi, aku menoleh ke Blue dan dia memelototkan matanya kepadaku.

Siapa laki-laki itu? Kenapa dia bisa melihatku?

***

Pukul tiga sore, aku dan Padma menemani Key menunggu Hyunah datang. Key terlihat sangat gugup—kurasa mantra keberanian Padma kurang kuat kemarin. Kalau kuat seharusnya dia sekarang menunggu dengan wajah mantap.

Tiba-tiba Key berdiri dari kursi yang dia duduki dan terlihat bergairah. Ya, aku tahu apa yang dilihatnya, yeoja Kim Hyunah itu—berjalan dari kejauhan dengan menggandeng seorang anak kecil. Itu pasti Taemin. Blue terbang di belakang mereka dengan wajah jemu.

“Mianhae,” kata Hyunah begitu sampai. “Aku tidak tahu nomormu, jadi aku tak bisa mengabarimu kalau kereta kami terlambat..”

“Gwenchana, ayo kita berjalan-jalan! Kemarilah Taeminnie.”

“Key-appa~!”

Kami mengikuti mereka bertiga ke sebuah taman bermain yang cukup besar. Mereka terlihat sangat bahagia- sampai-sampai beberapa orang mengira kalau mereka benar-benar sebuah keluarga. Key dan Hyunah hanya tertawa mendengarnya dan Taemin terus-terusan memanggil Key ‘appa’.

Hingga saatnya, Taemin memilih untuk bermain sendiri, meninggalkan ibunya dan Key yang duduk di bangku taman. Mereka terlihat lelah- maklum saja semangat Taemin untuk bermain sangat besar.

“Maaf sudah membuatmu repot, Kibum-ssi.” Hyunah tersenyum kecil, matanya menatap Key. “Taemin sudah lama sekali tidak diajak bermain—dia jadi sedikit lebih bersemangat.”

“Gwenchana, “ pipi Key memerah. “Aku senang bermain dengannya, Hyunah-ssi.”

“Ah, kuperhatikan sedari tadi kau belum memanggilku noona?” Hyunah menyedekapkan tangannya sambil memperhatikan Taemin dari kejauhan. “Apakah aku terlalu tua untukmu?”

“Apa-?” Key memekik. Tak kusangka yeoja itu akan berkata ketus.

“Ya, aku terlalu tua untukmu Kibum-ssi. Sebaiknya kau jangan menyukaiku. Aku janda. Kau perjaka. Tak pantas untuk kita saling mencintai. Lagipula aku sudah punya anak, tolong jangan berharap padaku.”

Key terlihat shock, namun Hyunah tidak memperdulikannya. “Kau harus tahu- aku baru saja bercerai. Kurasa terlalu awal untukku mencari suami. Dan kau masih muda, masih punya masa depan yang cerah. Sedangkan aku untukmu seperti kau dengan noonamu.”

“Aku tak peduli,” Key mengeluarkan suaranya. “Aku mencintaimu apa adanya.”

“Aku tidak mencintaimu,” Hyunah berkata dingin. “Tolong, jangan berharap padaku. Aku..”

“Apa kau akan rujuk dengan suamimu?” Key menatap Hyunah dalam-dalam.

Hyunah membalas tatapan Key, kulihat setitik emosi di matanya. “Ya. Aku akan rujuk dengannya.”

“Geurae. Sampaikan salamku kepada Taemin.” Key bangkit dan berjalan pergi. Kurasa dia butuh malaikat, jadi aku dan Padma mengikutinya. Meninggalkan tempat bermain itu, bahu Key terlihat terguncang. Aigoo- apa dia menangis? Kasihan sekali, dia pasti kecewa ditolak mentah-mentah.

Blue datang sambil tertawa lebar ketika kami masih mengikuti namja patah hati ini. “Hyunah sebenarnya menyukai Key, tetapi dia tahu dia bukan jodoh Key sehingga dia menolaknya. Dia bahkan berbohong kalau dia akan rujuk padahal tidak,” lapornya.

Ah- betapa mengenaskannya dirimu Key. Aku tak tega melihatnya seperti ini, berjalan menundukkan kepala dalam-dalam, menembus kerumunan orang di jalanan Busan pada hari yang semakin malam.

Lalu kulihat sekelebatan benang merah yang tertarik di kelingking Key. Bahkan aku lupa kalau dia punya! Benang itu tertarik-tarik dengan keras- ada apa ini? Blue juga menyadarinya dan dia langsung mencari siapa yang menarik-narik benang itu.

Terlihat oleh kami, seorang yeoja berjalan dari arah yang berlawanan dengan kami—kelingkingnya terlihat benang yang mengikat, berhubungan dengan benang Key. Dia jodoh Key! Aku memekik.

Lalu tercetuslah olehku, “L’amour..”

Percikan cahaya keluar dari tanganku dan mengenai benang merah Key dan yeoja itu. Mereka langsung berhenti dan saling menatap.

“Belle! Apa yang kau lakukan?!” Blue menatapku garang (sementara itu mereka masih saling menatap).

Aku meringis, “Habisnya, aku tidak tega membiarkan Key berlarut-larut! Lebih cepat mereka jatuh cinta lebih baik bukan?” (Key mulai berjalan mendekati yeoja itu).

“Ceroboh kau ya-?! Dasar!!”

“Senior~! Lihat!” Padma menghentikan pertengkaran kami. Aku langsung menoleh dan memekik senang melihat Key dan yeoja itu saling bersalaman.

“Kim Kibum imnida.”

“Yoo Shinyoung imnida.”

“Lihat! Mereka cocok bukan Blue! Kekekeke!”

“YA-!! BELLE SWIM!!!”

***

“..benar-benar asyik! Senior Flo- lain kali kalau ada praktek lagi, kumohon! Pasangkan aku dengan Senior Blue dan Senior Belle!” Tak sengaja kudengar suara seorang yeoja yang menggebu-gebu. Padma sedang menatap Flo dengan wajah berseri-seri. Ah, pantas Flo menyuruhku kemari.

Flo menatap Padma sambil tersenyum lebar. “Iya, lain kali. Ah. Belle! Kemarilah!”

Aku berjalan lalu duduk di sebelah Flo. Padma langsung pindah tempat duduk, menjejeriku, berusaha merangkul. Tersenyum tipis, aku berkata kepada Flo, “Kenapa kau memanggilku?”

“Sudah kau ambil? Laporanmu?” Kuanggukkan kepalaku mendengar pertanyaan Flo. “Boleh kulihat?” Kuserahkan nota laporan pekerjaanku kepada Flo. “Ini urusan nilai. Padma kan belum bisa ambil laporan pekerjaan- terpaksa aku mengambilnya dari laporanmu…”

LAPORAN PEKERJAAN

Nama: Belle Swim
Tanggal reinkarnasi: 12 Maret 2011 pukul 07.50
Poin: 53
Pekerjaan: Membantu seorang laki-laki bertemu dengan jodohnya
Rating pekerjaan: MudahSedang – Sulit – Sangat Sulit
Status pekerjaan: BERHASIL dalam waktu 41 jam 05 menit 38 detik dengan nilai 91
Hadiah: Poin plus 19
Kesalahan: Dengan sangat ceroboh memantrai klien agar jatuh cinta dengan orang lain! Semua kesalahan (tendanganmu kepada klien, dsb) jadi tampak tak berarti gara-gara hal ini!!!!
Hukuman: Poin minus 9
Konsekuensi hukuman: Waktu reinkarnasi mundur menjadi tanggal 12 Maret 2011 pukul 07.59
Catatan: Kenapa kau seenaknya sendiri memantrai klienmu? Ceroboh sekali- itu namanya mendahului ketentuan takdir! Memangnya kau siapa? Malaikat utama? Huh- sampai kapan kau akan begini Belle!! Apa kau tahu kami capek memberitahumu?! -_-

Silakan tukarkan poin Anda ke sekretariat terdekat. Semoga hari Anda menyenangkan!
Print time: 01 Januari 2011 pukul 19.54

“Emhh- HAHAHAHAHAHA!!” Flo tertawa terbahak-bahak membaca laporan pekerjaanku. “Kau memaksa klienmu jatuh cinta pada orang lain? Pabbo- poinmu sampai minus 9! Belle, Belle!”

Mukaku memerah, malu. “Sssh—Flo kau menyebalkan! Huh.”

“Habisnya-? Siapa yang tidak tertawa kalau kau masih ceroboh begini? Kekekeke~” Flo memperlihatkan laporanku kepada Padma, yang tawanya langsung meledak keras.

Ah, aku jadi ingat. Sebenarnya ada gagasan yang membuatku risau. Kenapa laporan itu tidak mencantumkan kesalahanku yang lain? Aku diajak berbicara oleh seorang namja di sana, tetapi laporan itu sama sekali tidak menyebutnya!

“Flo- aku ingin bertanya. Kalau misalnya, aku melakukan kesalahan kepada orang yang bukan klien dan tidak ada hubungannya dengan klien—apakah mesin itu akan mencatatnya dalam nota laporan?”

Flo menatapku bimbang, “Tampaknya tidak. Mesin laporan hanya merekam kejadian yang berhubungan langsung dengan klien… Ah, Belle, kau tidak macam-macam kan?”

“Tidak. Aku hanya ingin menanyakan itu.” Maaf Flo- aku berbohong.

“Baguslah,” Flo menghembuskan nafas panjang. “Kukira kau melakukan yang aneh-aneh. Ah, Belle, menurutmu kapan seharusnya kita mengadakan pesta perpisahan?”

“Pesta perpisahan?” ulangku. “Flo, tanggal reinkarnasiku kan masih sangat lama!”

Flo menatapku kesal, “Bukan kau, bodoh! Untuk Blue! Minggu depan dia kan akan reinkarnasi!”

Apa-? Blue reinkarnasi?

Flo menyadari perubahan mimik mukaku, “Ah, Belle. Kau belum tahu? Dia tidak memberitahumu? Dia bilang dia akan memberitahumu! Belle!!”

Aku melesat terbang. Yang kutahu sekarang Blue sedang bertugas di atas bumi sana.

***

Blue menatapku dalam keheningan yang sangat memuakkan. Aku tetap membalas tatapannya penuh emosi. “Blue..”

“Belle- maafkan aku. Aku tidak membohongimu, hanya mencari waktu yang tepat.”

“Kenapa kau tidak bilang? Kenapa kau tidak menolak? Tahu begini aku takkan mengajakmu!”

“Belle- dengarkan aku! Aku tidak tega kepadamu!”

“Lalu?” Kubuang pandanganku ke arah lain. Blue mengerang putus asa.

“Kumohon.. Jebal..”

Aku tetap membuang tatapanku ke arah lain. Keheningan yang menyesakkan menyerang kami berdua. Aku bahkan tidak peduli. Sampai ketika kulihat seorang namja berdiri di seberang jalan, menatap kami. Dia namja yang tempo hari menolongku. Berarti dia benar-benar bisa melihatku dan Blue. Kemungkinan besar dia tadi melihat drama antara kami berdua.

“Huh..” Tiba-tiba Blue mendengus keras. “Dia masih mengintai kita, rupanya.”

Aku menatapnya bingung. Blue menatapku penuh dengan arti. “Dia menguntitmu, Belle. Tidakkah kau rasakan kalau dia selalu berada di tempat di mana kau ada?”

“Ah?” Memang, kata-akat Blue memang benar. “Lalu? Kurasa itu hanya kebetulan.”

“Bukan kebetulan!” Wajah Blue mengeras. “Dia bagian dari masa lalumu!”

“APA?” teriakku kaget. “Apa-? Bagaimana kau bisa tahu Blue?!!”

“Aku..” Blue terlihat salah tingkah. “Emmh- aku.. aku tahu mantra yang bisa mengetahui masa lalu orang, dan.. aku melihat masa lalumu, Belle. Bukan apa-apa!” Blue menatapku gugup. “Aku hanya ingin tahu! Sungguh-”

“Blue- kau mengesalkan sekali!” teriakku keras. “Aku dihantui mimpi dan berusaha mendapatkan informasi tentang masa laluku dan mencari mantra itu—tetapi kau sama sekali tidak memberitahuku kalau kau sudah mempunyai mantra itu-? Sekarang katakan kepadaku!” Diriku dipenuhi dengan kegairahan. “..Bagaimana sebenarnya masa laluku! Katakan-!”

Wajah Blue langsung berubah, “Tidak akan! Aku takkan memberitahukannya kepadamu.”

“Apa? Kenapa?”

“Aku tahu kau akan meninggalkanku—aku tidak mau itu. Lagipula,” Blue menyipitkan matanya. “..kau takkan mau mendengarnya dan itu terlarang, Belle. Maafkan aku.”

“Hah- bahkan setelah kau melakukan kesalahan kepadaku, kau tetap tidak memperbolehkanku?!”

“Ini bukan masalah minta maaf! Kalau aku membiarkanmu, itu akan melanggar hukum kita, malaikat!”

“Aku tidak peduli! Aku tidak peduli!!”

“Oh,” Blue menatapku datar. “Jadi kau tidak peduli? Bahkan kepadaku yang sebentar lagi akan direinkarnasi? Kau tidak peduli kalau aku dihakimi karena hal yang sebenarnya tidak aku mau?”

Aku menatap Blue salah tingkah. Tampaknya dia marah. “Blue- maksudku..”

“Ya, kau egois Belle. Kau bahkan menutup mata tentang dampak apa yang akan terjadi kalau kau melakukannya. Kau bahkan tak peduli pada resiko yang kau dapat- apalagi yang didapat orang lain.”

“Blue,” sanggahku perlahan. Nada dingin dalam suaranya membuatku takut. “Aku..”

“Egois- bagaimana bisa aku melindungimu selama ini?” Blue masih melemparkan pandang dingin kepadaku. “Aku selalu melindungimu, karena aku mencintaimu. Namun tampaknya kau bahkan tak peduli kepadaku. Kalau begitu- sudah saatnya aku pergi.”

“Blue- kumohon, jangan!” Aku menarik tangan Blue dan dia langsung menepisnya. Terbang pergi tanpa memperdulikanku. “BLUE! BLUE!! KEMBALI!”

Bodoh sekali kau, Belle. Kau takkan menyadari betapa pentingnya seseorang sampai saat di mana kau kehilangannya.

“Kau selalu begitu ya-? Soora?”

Kutolehkan kepalaku- namja misterius itu menatapku dengan penuh minat. “Kau? Siapa sebenarnya kau? Kenapa kau bisa melihatku?”

“Aku bagianmu. Bagian masa lalumu. Setelah sekian lama—akhirnya aku bertemu denganmu.”

“Kau siapa?”

“Apakah aku harus memperkenalkan diriku sekali lagi? Soora, kau tahu aku tidak begitu suka memperkenalkan diri di depan orang lain! Ah- apakah semua orang yang menjadi malaikat sepertimu selalu melupakan ingatan saat mereka hidup?”

Dan tiba-tiba sekelebat bayangan menghampiri pikiranku. “Aku tak begitu suka memperkenalkan diriku! Aku lebih suka kau yang melakukannya!

Suara itu sangat familiar untukku.

“Soora? Kau mengingatku?” tanya namja itu sambil mengulurkan tangannya—refleks aku menjauh.

“Jangan sentuh aku—aku terlarang. Sebenarnya kau siapa? Siapa Soora?!”

“Soora itu namamu,” ujar namja itu kalem. “Baiklah—Belle, aku Cho Kyuhyun. Apa sekarang kau mengingatku?”

Cho Kyuhyun imnida! Sekarang kau puas setelah aku memperkenalkan diriku?

“Soora? Oh, aku lupa namamu sekarang Belle! Belle, apa kau percaya kepadaku? Kalau kau mau aku akan memberitahumu tentang masa lalumu dulu saat sebelum kau meninggal..”

Aku menatap Cho Kyuhyun dengan tatapan tak percaya. Ya, tak percaya kalau dia membuatku merasa percaya dan aman di sampingnya. Bahkan aku lebih mempercayainya daripada Blue atau Flo.

“Ya- katakan padaku.”

-THE END-

©2011 by weaweo

16 thoughts on “[FF] Belle The Angel: Love In The Train

  1. Zenight says:

    Chingu.. Salah title tuh.. Hhe.. Pantesan kok titlenya sama kaya yang part kmren.. Bgus chingu.. Lanjut ya! Jgn menyerah..

    • weaweo says:

      hwaaaaaaaaaaaaaaa~! iya! kekeke, baru liat chingu-ah, aku lupa ganti judulnya soalnya kemarin cuma pake copy format dr post yg lain T—-T ~makasih udah diingetin 🙂

      ahahaha- kamsahamnida^^
      okay- kamu jg fighting~!

      makasih udah baca-komen^^

      oh ya, terusannya udah ada lo chingu, itu yg ‘first kiss’2, dibaca yaaa^^ :p

    • weaweo says:

      kekeke- emang tu belle telmi bangeeeeeet~! #plak *ditendang belle*
      kekeke- makasih yaa

      terima kasih sudah baca-komen, stay tune at integralparsial ^^

  2. momonjaa says:

    annyeong haseyo.. 🙂
    authorr, saya reader baru nihh, bisa nyasar kesini karna ada ff author yg di ffindo..
    ini cerita si belle bagus semuaa…
    aahhh sukaaa 😀

  3. seoeunkyung says:

    oo geez, part yg paling aku sukaaaa! aaa keren, blue jg ska sm soora, nnt blue reinkarnasinya jd sp ya? ha ha ha, kyuhyun keren skali gayamu di sini nak -.- aaaa aku lanjut ke next chp

  4. Hana-Chan says:

    Annyeong~ reader baru nih 🙂
    Wahaha,.. Ngakak xD
    Pas bagian ‘“Aku tahu kau akan meninggalkanku—aku tidak mau itu. Lagipula,” Blue menyipitkan matanya.’
    Itu si blue(onew) sudah mata segaris gitu masih disipitin lagi, mau jadi apa tuh mata? xD
    Mian baru sempet komen, aku suka banget ff ini sama FM stories 😀

Leave a reply to weaweo Cancel reply