[FF] I Never Told You (FM Stories)

title: I Never Told You

author: weaweo

length: oneshot

rating: T, PG-15

genre: romance, comedy (crispy!~)

casts: Lee Taemin – Lee Hyesun, Choi Minho – Park Chaerin,  Lee Hyura – Kim Kibum aka Key, Kim Jonghyun – Park Eunrim, Lee Jinki aka Onew – Michiyo Fujiwara

soundtrack: I Never Told You – Colbie Caillat

disclaimer: the plot of this fanfiction and OCs are belong to me, but SHINee are not (well i wish they were mine :P)~

the beautiful poster: thanks to cutepixie@bananajuice03.wordpress.com (gomawo ya ra, muahh~)

————————————————————-

say no to plagiarism!

please leave comment after read!

————————————————————-

 

I Never Told You

by weaweo

 

Telepon rumahku berbunyi nyaring ketika aku sampai rumah. Semua orang sedang pergi, terpaksa aku mengangkat telepon berisik itu.

“Yobose—“

“Hyesun! Kau kemana saja?!” seru seseorang dari seberang sana. Namja bersuara emosional, pasti Taemin! Ada apa dengannya?

“Ah, Taemin-oppa! Aku baru saja pulang dari belanja, waeyo-? Kenapa kau tidak telepon ponselku saja?”

“Mati sedari tadi!” sungutnya kesal. Aku mengernit heran sembari merogoh ponselku di tas. Aigoo- benar, ponselku mati. Mungkin baterainya habis..

“Sepertinya baterai ponselku habis oppa, mianhaeyo..” cetusku perlahan.

“Kau membuatku khawatir, kau tahu?! Menyebalkan!”

“Jeongmal mianhae, oppa! Aku kan tidak tahu kalau baterai ponselku habis!” sahutku kesal. “Kau ini kenapa sih?! Biasanya kau tidak pernah mempermasalahkan hal begini!”

“Kau.. kau belum tahu?” Taemin-oppa berkata terbata-bata. “Mmh, coba bacalah berita gawat tentang SHINee di internet, lalu datanglah ke kantor agensiku. Berita miring itu membuat hubungan Minho-hyung dan Chaerinnie kacau! Kita harus membantu mereka.”

TUTT.. TUTT..

Taeminnie-oppa langsung mematikan sambungan telepon kami. Apa yang terjadi? Kenapa sebuah berita bisa membuat hubungan Minho-oppa dan Chaerin-unnie bermasalah? Penasaran, aku langsung menghidupkan komputerku dan mencari berita yang disampaikan Taemin.

Kutemukan situs berita korean pop terkemuka memasang foto Minho-oppa close-up dengan caption berita berbunyi, “SHINEE MINHO AKAN MELAMAR YEOJACHINGUNYA!”

Aigoo- seperti ini dibilang berita gawat? Taeminnie seharusnya senang kalau Minho-oppa akan melamar Chaerin, yeojachingunya selama enam tahun ini! Masa berita seperti ini membuat hubungan mereka rusak?

Di bawah foto itu terdapat sebuah foto lain. Saat kugulung layar itu ke bawah, foto itu terlihat sangat jelas. Hey- namja itu Minho dan yeoja yang di sebelahnya seperti aku? Itu kan saat kami memilih cincin untuk hadiah ulang tahun pernikahan umma dan appa! Ya, aku masih ingat dress pink yang aku pakai kemarin dulu..

Di bawah foto itu masih ada foto-foto lagi. Aku dan Minho berpelukan- aigo! Aniyo, ini saat aku jatuh dan Minho-oppa membantuku berdiri! Angle foto ini yang membuat Minho terlihat seperti sedang memelukku!

Astaga, apa ini yang dikatakan Taemin gawat? Ya Tuhan! Aku harus segera menyusul mereka!

***

Sepulang dari kantor agensi SM, aku, Taemin, Key-oppa, dan Hyura-unnie mampir ke rumah Chaerin. Taemin yang meminta kepada Key agar diantar ke sana. Key-oppa setuju karena Hyura berpendapat mereka juga harus ke sana untuk membicarakan ide mengerjai Minho-oppa.

Ah, sebenarnya rencana awal adalah membuat Minho-oppa berbaikan dengan Chaerin dengan cara Minho-oppa berpura-pura mati dan di akhir dia akan melamar Chaerin. Tapi entah mengapa, Jonghyun-oppa mengusulkan agar rencana itu dibalik! Katanya sih biar asyik. Kami akan membiarkan Minho tidak tahu-menahu kalau Chaerin sudah tahu tentang acara kematian palsunya..

“Chaerinnie-unnie, kumohon berbaikanlah dengan Minho-oppa! Kami tidak ada hubungan apa-apa.. Minho-oppa sudah kuanggap seperti kakakku sendiri..”

Chaerin menatapku iba. “Sudahlah, Hyesun. Buat apa kau menangis untuknya dan aku? Air matamu terlalu berharga untuk kau tumpahkan di sini!”

“Tapi aku..”

“Sudahlah,” Chaerin tersenyum lembut. “Aku sudah memaafkanmu dan Taemin. Minho juga. Kalian tidak perlu meminta maaf lagi..”

“Cih,” suara sinis terdengar dari arah tangga, dia saudara Chaerin, Eunrim-unnie. “Sudah kukira kau akan memaafkan namja menyebalkan itu. Kau terlalu baik Chaerinnie!”

“Setidaknya aku tidak suka merajuk lama-lama, seperti apa yang kau lakukan kepada Jonghyun!” sahut Chaerin keras. Ah- dua saudara kembar ini sangat berbeda. Yang satu lembut, yang satu keras. Aigoo- mana dua-duanya sama-sama pacaran dengan member SHINee! Lucu ya?

“Ash- Hyura-ah! Kapan sahabatmu itu tidak dibutakan oleh cinta?!” cibir Eunrim.

Hyura-unnie tersenyum tipis. “Sebenarnya, kau yang buta bukan? Kalau buta, melakukan segalanya untuk dinikahipun sah-sah saja, bahkan merajuk selama tiga bulan pun..”

“YA-! LEE HYURA!!!”

“Kekekeke—hey, Chaerin, Eunrimmie, aku butuh bantuan kalian! Kalian mau kan membalas Minho?”

***

“Taeminnie,” cetusku perlahan saat pulang dari rumah Chaerin. Aku duduk di bangku belakang mobil Key-oppa, Taemin ada di sebelahku. Hyura-unnie duduk di sebelah Key yang menyetir.

“Ne? Waeyo?” tanya Taemin sama pelannya denganku. Ah, kami tidak ingin menganggu Key dan Hyura yang sedang asyik mengobrol tentang padatnya lalu lintas Seoul.

“Cincin ini,” ucapku sambil mengacungkan cincin bertuliskan namaku—yang sebenarnya akan diberikan kepadaku—namun entah mengapa Taemin menitipkannya dahulu kepada Minho (yap, itulah sebab kenapa Chaerin marah!). Tadi Minho-oppa memberikan cincin ini kepadaku sebelum berpisah. “Sebenarnya, apa yang akan kau lakukan dengan cincin ini?”

“Yah, hanya ingin melamarmu dengan cincin itu.. Bilang kalau aku ingin menjadikanmu sebagai istriku..”

“Mwo-?” cetusku kaget. “Hanya mengatakan itu? Tidak ada rencana lain?”

“Ne—sepulang kau dari kuliah hari ini sebenarnya aku akan melamarmu. Sederhana saja.. Kenapa kau terlihat kecewa?”

Kecewa? Bagaimana tidak? Aku mengharapkan dia mau melakukan sesuatu yang romantis saat dia melamarku! “Bagaimana bisa kau hanya merencanakan itu?”

“Apa maksudmu?” tanyanya polos. Manis sekali- tapi tidak cukup untuk membuatku memaafkannya!

“Yah- kau lihat saja Hyura-unnie, dia dilamar Key-oppa dengan sangat romantis! Minho-oppa akan melamar Chaerin besok dengan cara yang tidak terduga! Dan kau? Hanya akan mengajakku pulang dan memberikan cincin itu?!”

“Apa?!” Taemin terlihat kesal, biar saja! Aku sudah lama bersabar tentang ini!

“Ya- seharusnya kau melamarku dengan hal-hal yang dapat membuatku terkejut! Apa kau tidak merasa berterima kasih karena Tuhan mengizinkan kita bersatu setelah banyak rintangan di depan kita? Dan lihat,” kuacungkan cincin itu sekali lagi. “Cincin ini benar-benar tak berkelas! Terlalu biasa! Terlalu sederhana! Tidak seperti yang kuharapkan!”

“YA-!” Taemin berdiri secara tiba-tiba dan kepalanya mengenai atap mobil keras. Hyura-unnie menoleh kebingungan dan Key melirik dari kaca di atasnya. Taemin mengerang namun tatapannya mengarah kepadaku. Berkilat terkena cahaya lampu mobil- tampaknya dia marah..

“Op.. oppa..”

“Kalau kau berharap seperti itu,” Taemin duduk dan menatapku datar. “Kau nikahi saja penjual cincinnya!” Dia membuang tatapannya ke luar jendela. Key-oppa berdeham keras.

“Mwo?! Ya-! Lee Taemin!”

Tetapi Taemin tidak menoleh. Aish, seharusnya kan aku yang marah! Menyebalkan! Kau kira aku peduli? Kau kira aku akan meminta maaf? Tidak akan!

***

Sudah sebulan berlalu sejak kejadian di mobil itu, dan sampai sekarang aku dan Taemin belum juga bicara. Dia masih begitu marah kepadaku- dan aku juga tetap mempertahankan pendapatku! Aku berhak marah kepadanya!

Sudah berbagai cara dilakukan oleh Onew, Jonghyun, Key, dan Minho untuk mendamaikan kami. Percuma, dia tetap bersikukuh bahwa akulah yang harusnya meminta maaf! Keterlaluan! Di mana sikap mengalahnya selama ini? Dia bahkan mengatakan bahwa aku yeoja manja! Yeoja keras kepala!

Geurae, aku memang manja dan bodoh, lalu kenapa kau mau berpacaran denganku-?

Umma dan appaku bahkan bisa-bisanya memarahiku! Mereka bilang seharusnya aku tidak terlalu menuntut kepada Taemin. Kata mereka, kalau caranya begitu bisa-bisa semua namja pergi meninggalkanku!

Apa salahnya sih, yeoja meminta sesuatu kepada namjachingunya? Bukankah namja mau melakukan apa saja untuk menyenangkan hati yeoja yang dicintainya? Di drama-drama seperti itu!

Ish- jangan harap aku akan berlutut meminta maaf padamu Lee Taemin! Kau yang harus melakukannya!

***

“Hyesun-ah! Di sini!”

Aku menoleh dan mendapati Hyura-unnie dan Onew-oppa di sebuah meja. Aku mengernyit heran—apakah Key-oppa tidak cemburu kepada mereka? Kata Taemin, mereka dulu sempat terlibat cinta segitiga! Dan Onew kan sudah punya Michiyo-unnie?

“Kenapa kau menatap kami seperti itu?” tanya Hyura geli. “Dia sahabatku bukan? Aigoo- aku tahu apa yang kau pikirkan Hyesunnie!”

“Kau tidak takut unnie? Semua orang sudah mengenalmu sebagai tunangan Key-oppa. Kalau kau duduk berdua dengan laki-laki berkumis antik ini..”

“Kumisku bukan kumis antik!” sahut Onew. Hari ini dia memang memakai kumis super tebal dan mengerikan untuk penyamarannya—aku sudah pernah melihatnya memakai itu, jadi aku langsung menyadarinya! “Ini SENI!”

“Aish- whatever! Tetapi kumismu itu memang menggelikan, Jinki-oppa! Kekeke~” ujar Hyura, tertawa. Onew merengut sebal dan melempari Hyura dengan tisu yang ada di meja.

“Aiyaa! Oppa, berhenti! Menyebalkan! Hyesunnie, duduklah. Sebentar lagi, Key mungkin datang..”

“Apa dia membawa Taemin? Ah, unnie tentunya masih ingat dua minggu kemarin kalian merencanakan pertemuan rahasia dan dia malah melengos pergi sampai tidak sadar retsleting celananya masih terbuka!” potongku cepat. Ya, itu kemarin benar-benar terjadi! Aku saja masih tidak percaya sampai sekarang..

“Astaga-” Onew tersenyum pahit. “Itu salah dia kenapa dia sedang di kamar kecil, tepat saat kau datang! Makanya Minho menyuruhnya cepat keluar!”

“Sama saja oppa—dia pasti akan langsung pergi kali ini..”

“Tapi Key bukan membawa Taemin, Hyesunnie. Dia bawa ayam goreng pesanan kami!” ujar Hyura dengan wajah datar. Onew langsung mengangguk senang dan menunjuk ke arah counter. Kulihat Key-oppa, memakai kacamata hitam, dengan diperhatikan beberapa yeoja, sedang mengantri di sana.

“Tadi dia kalah suit! Kekekeke~” Onew tersenyum senang. Astaga, aku salah sangka.

“Mianhae. Hyura-unnie, lalu buat apa kau mengajakku kemari?” tanyaku perlahan.

“Kau benar-benar mau tahu sekarang? Tidak mau menunggu ayam kita datang?” tanya Hyura.

“Ayamku Lee Hyura! MY CHICKEN!” serobot Onew-oppa keras.

“Berisik kau, Pak Tua!” Hyura melempari Onew dengan tisu yang dilemparkan ke tubuhnya tadi. Onew terkekeh-kekeh.

“Sudah—beritahu saja aku sekarang!”

“Geurae—Taeminnie sakit!”

Aku menatap Hyura-unnie tak percaya dan tertawa. “Kau mau membohongiku? Astaga, aku tahu unnie sangat pintar menyusun strategi! Kutebak ini salah satu rencana kalian untuk memperbaiki hubunganku dan Taemin! Hahaha~”

“Aniyo—itu benar Hyesun-ah!” Onew menyahut. “Anak itu sedang sakit, tapi dia tidak mau diajak ke dokter. Mungkin kalau ada kau, baru dia mau memeriksakan kesehatannya!”

“Haha, kalian mencoba berbohong? Astaga—aku tak akan lupa kalian pernah mengerjaiku dengan mengatakan kalau Taemin bermesraan dengan yeoja lain! Sesampainya aku di dorm, yang kulihat Taemin sedang mengobrol dengan hyungnya! Hampir saja aku memukulnya dengan vas bunga!”

“Hey- itu kan April Fools!” jawab Onew. “Lagipula salah sendiri tidak mau ikut kami pergi!”

“Dan aku kan tidak ikutan! Itu setahun yang lalu bukan? Aku masih di Amerika!” tandas Hyura sengit.

“Terserahlah-! Aku tetap tidak akan mengurusi namja itu lagi! Titik!!”

“Oke!” seru Hyura lantang. Beberapa orang menoleh. “Kau sangat kekanak-kanakan! Silakan saja kalau kau mau tetap begitu—asal kau tidak menyesal kemudian karena semua lelaki meninggalkanmu!”

“Hah—jadilah dewasa Hyesunnie..” Huh, bisa-bisanya Onew ikut menasehatiku—bukankah dia juga kekanakan?! Dari tadi ulahnya seperti anak kecil! MENYEBALKAN!

Kuputuskan untuk pergi dari tempat itu sekarang juga. Aku bahkan tidak menoleh ketika Key-oppa berteriak menanyakan kepadaku, “Hey—ayamnya tidak kau bawa dulu?!”

***

Ting tong.. “Tiga puluh empat kali.” Astaga- apa yang mereka lakukan? Tiga puluh empat kali aku sudah memencet bel tapi mereka belum membukakan pintu juga?

Yah, kuputuskan untuk datang ke dorm SHINee seminggu setelah kejadian ‘ayam’ itu. Yah- egoku kalah dengan rasa khawatirku. Hari-hari belakangan ini jarang kulihat Taemin bersama member yang lain di televisi. Apa dia benar-benar sekarat hampir mati? Aigoo- jangan sampai! Lee Hyesun kau bodoh memikirkan hal itu!

Ting tong.. “Tiga puluh lima!” teriakku. “Siap tak siap, aku akan mendobrak pintu kalian!” Aku mundur beberapa langkah dan berlari cepat, hendak menabrakkan diriku ke pintu.

Dan tiba-tiba pintu itu terbuka—untung aku langsung mengerem sehingga tidak jatuh bergelindingan ke dalam rumah. Aku sedang membawa buah-buahan dan empat buah susu kotak berukuran besar, bisa gawat kalau jatuh semua!

“Annyeong..” Kulongokkan kepalaku ke dalam dorm. “SHINee?”

Tidak ada yang menyahut. Sepi sekali. Aku jadi takut, lalu siapa yang membukakan pintu tadi? Bulu tengkukku merinding..

“Hello, hello.. Nareumdaero yonggil naesseoyo,” Saking takutnya aku menyanyikan lagu SHINee dengan suara lirih. Siapa tahu setelah itu, member SHINee muncul dan meneruskan lagunya?

Harapan kosong—tidak ada yang menyahut. Tiba-tiba aku ingat, saat bertemu tadi Chaerin-unnie bilang kalau dia akan menemani Minho-oppa (yap, mereka sudah tunangan sekarang—aku iri!) untuk pemotretan sebuah katalog fashion. Pasti semua anggota SHINee ke sana! Lalu siapa yang membukakanku pintu-?

DUGH— aku membeku. Ada suara sesuatu mengenai pintu.. Pintu yang ada di sebelahku, dari belakang sana. Ya Tuhan, aku belum siap melihat hantu! Maafkan aku Tuhan, aku pernah mengejek Minho-oppa yang terobsesi melihat hantu dengan kata-kata kalau aku tidak takut.. Aku bohong saat itu- maaf Tuhan!

DUGH! DUGH!

“KYAAAAAAAAAAAAAAAA~” aku lari terbirit-birit, menyembunyikan diriku di balik pot tanaman besar di samping dorm. Tuhan, maaf karena aku begitu nakal! Kurasakan air mata berleleran di pipiku..

Tanpa terasa sudah tujuh menit dua puluh empat koma tiga lima detik aku jongkok di sini. Pahaku sudah sakit, kakiku sudah pegal, namun ‘hantu’ yang aku tunggu belum menghampiriku juga. Apakah tadi hanya perasaanku?

Akhirnya kuberanikan diri—perlahan aku mendatangi pintu terkutuk itu lagi dan ‘menghantamkan’ kepalan jemariku kepadanya. “Aku tidak takut hantu! Tidak takut! Keluar kau!” teriakku gila.

Sepi. Kuberanikan menarik pintu itu ke arahku untuk melihat apa yang ada di balik pintu. Sosok seseorang terkapar di balik pintu. Rambutnya coklat kemerahan berbentuk jamur.

“Astaga.. TAEMIN!!”

***

“..Untung yeoja itu cepat-cepat membawanya kemari, jadi kami bisa menanganinya segera.”

“Ah,” Onew-oppa manggut-manggut mendengarkan penjelasan dokter itu. “Kamsahamnida, dokter. Tolong rawat maknae kami sampai sembuh dari diare dan dehidrasinya.”

Chaerin-unnie masih mengelus-elus tanganku. Jonghyun-oppa berusaha melawak di depanku. Hyura-unnie dan Key-oppa duduk bersebelahan, Hyura bermain dengan ponselnya. Minho-oppa dan Eunrim berdiri sambil mengobrol pelan. Aku? Menangis, air mataku tak mau berhenti.

“Sudahlah Hyesunnie~ dia pasti baik-baik saja! Kau sudah menelepon ibunya, Michi-chan?” Onew-oppa bertanya kepada yeojachingunya dari Jepang.

Michi-unnie mengangguk. “Sudah, mereka dalam perjalanan kemari.”

“Ah, kalau kita bawa ke dokter dari kemarin mungkin sekarang dia sudah sembuh,” Key berkata pelan.

“Tapi dia tidak mau, Kibum. Sampai-sampai dia bilang akan pergi kalau kita memanggil dokter!” Minho menyahut nyaring. “Untunglah saat dia pingsan, Hyesun menemukannya!”

“Ya- manajer-hyung kenapa kau memaksa kami berangkat pemotretan tadi? Tahu begini aku tidak beranjak dari sisi Taeminnie..” Jonghyun menatap salah satu manajer SHINee kesal. Manajer itu tertawa kikuk, pasti dia merasa bersalah.

“Sudahlah, yang penting Taemin sudah diobati sekarang.. Hyesun, kau tidak mau menemaninya?” tanya Chaerin-unnie sembari mengelus kepalaku lembut.

“Apakah boleh?” tanyaku sesenggukan. Susah sekali menghentikan isak tangisku.

“Tentu saja, kau masih yeojachingunya bukan?” tanya Eunrim dari seberang. “Kesana dan berikan  dia penghiburan, pasti nanti dia cepat sembuh!”

“Tidak bisa semudah itu..” kataku tercekat. Astaga, meminta maaf memang sulit, apalagi saat kau sudah tahu kalau kau yang salah.

“Kalahkan egomu, Hyesunnie. Kau pasti bisa!” seru Key sambil mengepalkan tangannya. Hyura di sebelahnya tersenyum kepadaku.

Geurae. Aku berjalan menuju pintu kamar Taemin dan melangkah masuk. Kulihat Taemin masih belum sadarkan diri. Selang infus terpasang di tubuhnya yang kurus. Astaga, kau tampak sangat sakit oppa.

Tak terasa kakiku sudah menapakkan dirinya, tepat di sebelah namja yang sangat aku rindukan. Ya Tuhan, aku bahkan tak bisa lupa bagaimana asyiknya membelai rambut-rambut di kepalamu itu, oppa. Izinkan hari ini aku membelainya..

Sambil membelai pelan kepala Taemin, aku teringat masa lalu. Saat kami masih begitu belia—malam itu festival kembang api dan kutemukan Taemin sedang berjalan berlawanan arah dariku. Itulah pertama kali aku berkenalan dengannya.

Lalu, aku ingat bagaimana perjuangan kami mempertahankan cinta. Saat itu halmeoni menolak keras-keras merestui hubungan kami. Aku dijodohkan paksa dengan namja yang tidak aku cintai. Dua tahun kami melawan dan saat itu tiba di umur sembilan belas tahun aku berdiri di altar. Sedetik menjelang aku mengucapkan janji, Taemin datang dan menarikku pergi. Walaupun itu berakhir dengan kematian halmeoni, tetapi aku tidak menyesal.

Karena aku yakin akan selalu bersama Taemin, namja yang selalu aku cintai.

I miss those blue eyes, how you kiss me at night..

I miss the way we sleep

Ya, aku selalu membohongi diriku saat masa-masa di mana kami saling mendiamkan kemarin. Padahal, aku selalu rindu dengan kecupannya di malam hari sebelum kami berpisah..

Like there’s no sunrise, like the taste of your smile

I miss the way we breathe

Senyumannya. Dia selalu membuatku tenang dengan senyumannya. Bahkan senyuman itu juga yang membuatku tenang saat halmeoni meninggal. Senyuman itu juga yang selalu menentramkan saat aku kehabisan sepatu bermerk luar negeri terkenal yang didiskon sebanyak 50 %..

But I never told you what I should have said

No, I never told you, I just held it in

Ya, sekarang aku tahu rasanya. Seharusnya aku sudah mengucapkan semua yang kurasakan tentangnya, jauh sebelum sekarang..

And now I miss everything about you

I can’t believe it, I still want you

Aku merindukan laki-laki bernama Lee Taemin yang sedang tertidur ini. Aku menginginkannya. Bohong sekali kalau aku bilang aku tidak membutuhkannya.

And after all the things we’ve been through

Semua yang telah kita lalu bersama sebelum ini membuatku malu Lee Taemin. Begitu mudah aku marah dan merasa kecewa kepadamu..

I miss everything about you, without you

Aku merindukanmu semua darimu.

***

Keesokan harinya, banyak acara infotainment yang menyiarkan keadaan Taemin. Huh, setidaknya aku bisa melihat Taemin sehat seperti sedia kala. Dia sudah sadar dan terlihat lebih segar.

Ya—sangat segar bersama gadis-gadis muda sesama artis yang mengunjunginya, menengoknya..

Sebelum itu, Eunrim sempat meneleponku. Secara bercanda ia bertanya kepadaku, kenapa aku membasahi selimut Taemin tadi malam. Ya, aku benar-benar menangis tadi malam, lihat mataku sekarang sebesar bola basket! Hahahaha.

Eunrim juga memberitahuku bahwa Taemin sama sekali tidak menanyakanku. Mungkin aku memang terlalu banyak berharap, dia tidak mungkin mengharapkanku lagi. Aku sudah mengecewakannya. Pasti ada di luar sana, yeoja yang lebih baik untuk Taemin. Yap, daripada aku..

***

Hari ke sepuluh setelah aku menangis di hadapan Taemin yang sakit. Hahaha, kalian pasti tertawa karena aku menghitung hari sejak peristiwa itu. Yah, sulit sekali membohongi diriku kalau aku tidak merindukannya. Karena aku merindukannya di setiap hembusan nafasku.

“Hyesunnie- kau tidak pulang naik bus?”

Seruan teman-temanku membuatku menoleh dan menggeleng, “Aniyo~ aku akan berjalan kaki. Wae?”

“Pasti karena ada diskon besar-besaran di butik pojok sana bukan?”

“Kekeke- kalian tahu saja!” aku terkekeh. Tadi pagi saat lewat butik di pojok jalan menuju kampusku, aku melihat tulisan besar-besar ‘DISCOUNT UP TO 70%’. Yap, kau harus memanfaatkan kesempatan bukan? Apalagi kemarin aku sempat melihat sebuah wedges lucu dipajang di etalase—aku belum sempat membeli karena kuliah membuatku masuk pagi pulang malam!

“Semoga saja kau mendapatkan yang kauinginkan, Hyesunnie!”

“Kalau belanja membuatmu melupakan dia, lakukan sajalah! Itu akan membuatmu lebih baik! Kekeke~”

Celotehan teman-teman dekatku membuatku tersenyum. Mereka memang sudah tahu kalau aku sudah berpacaran hampir 6 tahun dengan namja itu. Hampir, sebenarnya tahun ini tahun keenam, tapi aku dan dia sudah bubaran bukan?

Dan benar kata mereka, kalau berbelanja membuatku melupakan Taemin, kenapa tidak? Aku tidak peduli walaupun tagihan kartu kreditku melonjak drastis dan umma memarahiku.

“Kalau begitu sudah ya, chingudeul! Aku takut kehabisan, kekeke. Anyyeong!” Kulambaikan tanganku ke arah mereka sembari berlari kecil. Aku tidak mau terlambat.

Ah- jarak 40 meter tidak jadi masalah. Pasti akan terasa cepat! Aku berlari dengan semangat. Butik itu belum terlihat karena tertutupi gedung-gedung.

Kulewati banyak orang, beberapa hampir kutabrak. Biar saja mereka mengumpat, Hyesun, yang penting kau dapat apa yang kau inginkan!

Sepuluh meter. Ah itu—butik dengan cat ungu! Ada sebuah mobil terparkir di jalan di depannya, menutupi etalase, aku jadi tidak bisa mengintip apakah incaranku masih ada. Kupercepat langkahku menuju trotoar di depan butik itu.

Saat sampai, aku berhenti dan menatap etalase toko itu dengan wajah hampa. Astaga- sudah tidak ada tulisan diskon lagi? Lalu,  di mana sepatuku? Sialan! Apa mereka sudah menjualnya? Argh- aku benci siapapun yang membelinya!!

Kurasakan sentuhan di bahuku. Saat aku menoleh, seseorang membekapku dengan sebuah kain. Lalu semua gelap..

***

Saat aku sadar, disekelilingku bercahaya remang-remang. Mataku bertemu dengan pepohonan yang rimbun dengan cahaya matahari senja. Aku tergeragap bangun dan sekelilingku terasa bergoyang. Aigoo- kenapa aku ada di atas perahu?!

“Jangan goyang-goyang!!” hardik seseorang di sebelahku. Aku menoleh—astaga! Orang itu memakai baju hitam-hitam dan aku tidak mengenalinya.

“Kalian mau apa?!” tanyaku keras. Ada tiga orang di perahu, satu yang membentakku tadi, satu di belakangku (sepertinya dia tadi menyanggaku agar aku tidak jatuh). Satu lainnya berpakaian compang-camping dan memakai topi jerami. Dia berdiri mendayuh perahu dan membelakangi matahari sehingga wajahnya tak terlihat jelas. Topinya juga menutupi pandanganku.

“Sudah ikut saja—kami musuh keluargamu!” seru orang di belakangku. “Duduk manis dan diam!”

Aku duduk, menatap ketakutan kepada ketiga orang itu. Aku sangat takut—siapa mereka? Kenapa mereka menggunakanku sebagai sandera? Apakah mereka teroris? Kalau benar mereka musuh keluargaku, kenapa mereka tidak menyekap ayah atau ibuku saja? Kenapa aku? Jangan-jangan mereka sudah mengambil keperawananku? Aigoo-!

“Tenang saja- kami tidak akan berbuat apa-apa kepadamu!” ujar orang di sebelahku sambil memegang daguku. Aku merinding. “Kami tidak akan menodai seorang gadis manis seperti kau!”

“Kekekeke~ itu betul! Kami akan menyekapmu dahulu! Baru kami akan memetik buahnya!” seru orang di belakangku. Aku menangis. Tuhan, aku benar-benar takut!

“Ah- Pak Tua,” orang di sebelahku menatap orang yang mendayung. “Hentikan kami di pinggir danau sebelah sana, lalu bawa gadis ini ke dermaga utama, okay-?”

“Ne..”

Pak Tua itu terus mendayuh, sesekali aku mencoba melirik wajahnya. Tetap sulit sekali untuk melihat wajahnya. Senja mulai turun semakin larut, beberapa hewan mulai bersuara dari pepohonan di pinggir danau ini.

Sampai di suatu pinggiran danau, mereka yang berpakaian hitam-hitam turun. Setelah mengancamku sana-sini, mereka pergi dan Pak Tua mulai mendayung lagi..

“Kemana kau akan membawaku pergi-? Pak.. Tua..?” tanyaku sedikit takut. Dia tidak menjawabnya. Ya, pasti dia sudah bekerja sama dengan dua orang teroris tadi!

Perahu kami menepi di sebuah dermaga kecil, tak jauh dari kedua orang tadi turun. Pak Tua itu menunjuk dermaga kemudian mengarahkan jemarinya ke aku. Aku paham—dia menyuruhku turun dan aku melakukannya. Aku tidak mau membuatnya kesal dan mendorongku ke dalam danau.

Dermaga kecil itu sangat gelap karena matahari sudah tenggelam, aku merasa sedikit takut. Untungnya Pak Tua itu ikut turun dan tiba-tiba aku merasa sangat tenang. Astaga—mungkin merasa tidak kesepian. Pasti menakutkan berada di dermaga ini sendirian.

“Pak Tua, kita akan ke..” Aku menoleh ke samping dan mendapati Pak Tua itu melepas topi jeraminya. Rambut coklat kemerahan muncul, astaga ternyata dia belum tua! Atau mungkin dia sudah tua tapi menyemir semua rambutnya menjadi seperti itu?

“Kau pangling melihatku?”

Kukedipkan mataku sekali-dua kali. Lee Taemin berdiri di depanku memakai pakaian compang-camping dan tersenyum lebar.

“Ini aku Lee Hyesun- bogoshipo!! Apa kau..”

Aku tak mendengar lanjutan kata-kata itu lagi karena aku sudah memeluknya. Bahagia sekali mendengarnya berkata kalau dia merindukanku.

“Apa kau kira aku akan melepaskanmu-?” tanya Taemin pelan. Aku menggeleng. Air mataku tumpah. Beberapa lama, dia melepas pelukanku.

“Kau mau berbalik dan melihat sesuatu?” tanyanya sambil menghapus bekas tangisku. Aku menuruti apa yang dia suruh. Masih gelap, tak ada apa-apa. Lalu Taemin menepukkan tangannya satu kali.

Tiba-tiba tempat itu terang, sekelilingku diterangi cahaya dari lampu temaram yang indah. Di pinggir dermaga terdapat sebuah meja dan dua buah kursi. Taemin mendorongku berjalan ke sana.

“Duduklah dulu, aku akan kembali lima menit lagi.”

Aku duduk dan menatap ke sekelilingku. Tidak ada lilin yang menandakan bahwa ini adalah candle light dinner namun aku merasa ini begitu romantis! Cahaya lampu membuat air danau berkerlap-kerlip, dan bulan yang mulai keluar dari peraduan membuat ini semakin indah.

Tak sampai lima menit, Taemin kembali menggunakan jas abu-abu yang tidak dikancing dan celana jeans. Dia menyunggingkan senyum khasnya yang selalu dapat membuatku terpesona.

“Aku jadi merasa minder,” ujarku ketika dia menarik kursi dan duduk  di atasnya.

“Minder? Waeyo?” tanyanya sambil masih tersenyum.

“Itu,” aku menunjuk baju yang ia kenakan. “Aku cuma memakai seadanya.”

“Yang kau pakai itu seadanya? Dress putih berpita?” ujar Taemin sambil menahan tawa. Aku mengarahkan mataku ke tubuhku. Astaga, aku memang sedang memakai dress yang ia sebutkan.

“Bagaimana bisa-? Huh?” tanyaku dan cepat menyadari sesuatu. “Aigo- Taemin! Kau apakan aku? Kau melihat..” Pipiku bersemu merah.

“Kalau memang aku lihat bagaimana? Kekekeke,” Taemin menggodaku jahil. “Aniyo, aku dibantu yang lain. Kita pesan makanan yuk?”

Dia menepuk tangannya dua kali. Kemudian seorang namja berpakaian pelayan datang keluar dari rimbunan pepohonan, membawa sebuah buku notes. Astaga bukankah dia..

“Key-oppa?” tanyaku sambil tertawa.

“Ada yang anda mau pesan? Annyeong, Hyesunnie! Kau mau pesan apa?” tanyanya ceria.

“Seperti biasa,” jawab Taemin dan mengayunkan tangannya. “Sana pergi.”

“Aigoo~ Taeminnie kau kurang ajar! Memangnya aku ayam kau suruh pergi dengan cara begitu?!” omel Key-oppa sembari melangkahkan kakinya meninggalkan kami.

“AYAM?!” Suara namja berteriak terdengar dari kedalaman pohon-pohon yang rindang. Aigoo- itu pasti Onew-oppa! Kekekeke~

Semenit kemudian, seorang yeoja dan seorang namja keluar. Sama seperti Key, mereka juga memakai baju pelayan hitam-putih. Aku tertawa melihat Eunrim-unnie memakai baju lolita tetapi bawahannya dia memakai celana dan sepatu keds. Minho-oppa ada di sebelahnya mendorong troli makanan.

“Makanan Anda sudah siap,” Eunrim menurunkan makanan yang ada di atas troli. Tahu aku memandangnya geli, dia mengatakannya sambil memelototiku.

“Kamsahamnida,” Taemin mengedipkan sebelah matanya, tapi anehnya Minho dan Eunrim malah mengacungkan tinju kepadanya.

“Astaga Taemin-oppa, kau bisa membuat mereka tunduk kepadamu? Kekeke,” kekehku. Taemin ikut mengekeh senang.

“Sudah, makanlah dulu! Enak bukan?”

Aku menangguk, “Ya, ini sangat enak!”

Terdengar suara berisik dari arah pepohonan, “YA- LEE TAEMIN! HARGAI KOKINYA!!”

Taemin terkekeh, “Yang memasak Hyura, kau tahu dia lulusan ahli gizi dan pintar memasak! Kekeke!”

“Aigoo~ Lee Taemin kau kurang ajar menyuruh mereka melayani kita!”

“SANGAAAAAT!!!” suara koor menyahut ucapanku dari balik pepohonan. Aku dan Taemin tertawa.

“Sudah makanlah, Hyesunnie!” Taemin menyendok sesuap daging dari piringnya dan menyorongkannya ke mulutku. “Aaa?”

Aku membuka mulutku setelah sebelumnya tersenyum. Kukunyah perlahan dan Taemin tertawa. “Aku suka melihatmu makan, Hyesunnie.”

“Oppa!” Pipiku bersemu merah lagi. “Kau mau bilang aku rakus?”

“Aniyo~!” Taemin tertawa. “Kalau kau sedang mengunyah, kau terlihat sangat manis!”

Omo~ pasti pipiku sekarang tambah merah. Bisa kurasakan panas merambatiku dari wajahku! Tetapi ini yang aku rindukan—senyuman dan godaan-godaan namja ini..

Sepuluh menit kemudian, kami sudah selesai makan (tidak ada makanan pembuka—kata Taemin Hyura-unnie tidak mau memasaknya!). Tiba-tiba Taemin bertepuk tangan sebanyak tiga kali.

“Makanan penutup sayang~” jawabnya ketika kutanya kenapa. Benar saja, kulihat seseorang keluar dari pepohonan di belakang sana. Itu Chaerin-unnie dan Jonghyun-oppa! Sesampainya di meja, Chaerin menyunggingkan senyum dan mengambil botol yang ada di atas troli yang didorong Jonghyun.

“Sampanye, Tuan dan Nona Lee?” tanyanya sambil menahan tawa.

“Apa-? Kau mau membuatku mabuk, Lee Taemin?!” tanyaku gusar.

“Bukan sampanye, itu hanya istilah!” Jonghyun-oppa tertawa. “Ini jus anggur!”

“Baguslah~” ujarku lega. Kuperhatikan saat Chaerin-unnie menuangkan jus yang berwarna keemasan terkena cahaya lampu termaram. Taemin tertawa seperti anak kecil melihatku terpesona.

“Selamat menikmati~!” seru mereka berdua sambil membungkuk dan berjalan pergi.

Aku menyeruput jus anggurku—ah nikmat sekali. Manisnya benar-benar membuat malamku semakin indah.

“Oppa- sudah habis,” kataku sambil mengangkat botol itu. Aku benar-benar menghabiskannya sampai tetes terakhir. Taemin terkekeh lucu.

“Pecahkan botolnya.”

Aku mendelik menatap Taemin yang langsung berwajah serius. “Apa?”

“Pecahkan!!” Taemin mengambil botol itu dan membantingnya ke tanah. Botol itu pecah berantakan. Aku terpaku, sangat shock.

“OPPA! APA YANG KAU LAKUKAN?!” jeritku. Kenapa dia melakukannya? Apa dia masih marah kepadaku? Aku menangis ketakutan.

“Hey, Hyesunnie. Aku menakutimu ya? Mianhae!” Taemin berdiri dan memelukku yang masih gemetar.

“Apa kau masih marah kepadaku?” tanyaku sesenggukan. Taemin menggeleng.

“Aniyo- tapi, coba lihatlah ke arah pecahan botol kaca itu dahulu..”

Aku melongokkan kepalaku, melihat ke arah kaca yang berserakan di mana-mana. Di antara pecahan itu, ada satu pecahan kaca yang masih lumayan utuh. Kurasa itu bagian dasar botol. Hey, ada yang menempel di sana.

“Itu apa?” tanyaku.

“Coba kau ambil. Hati-hati ya, aku tidak mau kau terluka!” cetusnya cepat dan terdengar.. gugup?

Aku mengambil pecahan itu dan terbelalak. Ada sebuah cincin yang direkatkan dengan plester bening di sana. Bukankah ini cincin yang menjadi awal titik masalahku dan Taemin?

“Oppa- kau? ADUH-!” Pecahan itu tergelincir dan menggoreskan luka di jari telunjuk kiriku. Darah keluar dari dalamnya, aku meringis kesakitan.

“Astaga- apa kubilang? Hati-hatilah.. Tahan ya,” Taemin berteriak. “Pelayaaaaaan!!”

“Astaga- kau memanggil kami apa, Lee Taemin?!” seru seseorang yang berlari dari pepohonan, di belakangnya seorang yeoja mengikuti sambil mendorong troli. “Asal kau tahu ya, aku tidak mau kau panggil seperti itu, ya-! Michi-chan!”

Michiyo-unnie melihat tanganku dan langsung berhenti berjalan. Wajahnya pucat. “Astaga- jangan kau suruh aku membersihkan luka itu! Yaaa-! Kalian tahu aku phobia darah, kenapa kalian menyuruhku?!!”

Onew-oppa menariknya untuk lebih mendekat, “Sudahlah- katamu kau ingin sembuh?! Kajja!”

Michiyo menutup mulut dan memejamkan matanya saat Onew dan Taemin merawat lukaku. Onew mengomel panjang, “Seharusnya kau berani, Michi. Besok kalau aku luka dan berdarah , masa kau mau pergi meninggalkanku?”

“Kalau itu bisa membuatku tidak mual, mungkin akan kulakukan!” Michiyo berseru sadis.

“Sekalipun aku sekarat?” tanya Onew tak percaya.

“Emmh- iya mungkin!”

“Ya-! MICHIYO!” Onew berteriak. Aku, Taemin, dan Michiyo tertawa-tawa.

Tak lama kemudian, lukaku sudah dibersihkan dan diobati. Setelah itu, kedua pasangan phobia (‘yap, yang satu darah dan yang satu anak kecil—pasangan yang aneh!’ kata Jonghyun-oppa dulu) pergi meninggalkan kami sambil berteriak satu sama lain, seperti ibu dan anaknya. Aku dan Taemin berpandangan beberapa detik.

Tiba-tiba Taemin mengambil cincin yang menempel di pecahan kaca tadi dan membersihkannya dengan serbet. Aku mengawasi, tampaknya aku tahu apa yang akan dia lakukan.

“Lee Hyesun, marry me please?”

Aku tersenyum, “Kau melamarku lagi oppa?”

Ya, dia memang sudah pernah melamarku saat pemakaman halmeoni dulu.

“Yang kulakukan empat tahun yang lalu belum berarti karena belum ada ini, “ Taemin memutar cincin itu. “Dan kalau kau bertanya-tanya kenapa aku tetap memberimu ini, itu karena aku tidak mau terlalu memanjakanmu. Aku hanya perlu kau menjadi istriku, dan itu tak butuh cincin berlian.”

“Aku tidak keberatan oppa, karena buatku segalanya darimu adalah yang terbaik untukku,” aku tersenyum simpul. Taemin membalas senyumanku dengan senyumannya yang seperti anak kecil.

“Jinjja?”

“Ya. Lalu, asal kau tahu saja,” aku berdiri menghadap di depannya. “Sejak empat tahun yang lalu,” aku menyentuh pipinya yang kenyal. “Aku milikmu.”

Taemin menatapku polos. Tiba-tiba dia tersenyum dan mencium bibirku. Melumatnya pelan dengan lembut. Salah satu yang kusuka darinya adalah ciuman lembutnya yang membuatku sangat nyaman.

“Lee Taemin—I never told you how I love you, now you know my heart is all for you.. Saranghae.”

“Nado. Nado, Lee Hyesun.”

-the end-

©2011 by weaweo

 ————————————————————-

okay- gimana2? *noel2 pipi readers*

silakan komennya sangat dihargai lho~ inget 1 komen menyelamatkan 1 jiwa (apadeh -_-)

17 thoughts on “[FF] I Never Told You (FM Stories)

  1. Fa says:

    Aigoo…prasaan q dh comment…gak masuk kah??haaah…..
    Hyesun(bner gak nih namanya?) egois bgt……wlopun udah melunak sikapnya,tp ttp j egois…ish…
    Onew oppa…..lapeeeerrr…..ayam goyeng….

    • weaweo says:

      haha, kadang wp emang ngeselin chingu -_-
      welcome back Fa 😉

      hahaha, hyesun emang orgnya kayak gitu /plak
      ayam minta onyu ya- bagian dia bagi2 ayam (??)

      makasih udah visit-baca-komen^___^

  2. ienav41 says:

    weaaa….
    akuuu sukaaaa
    so sweet bngettt si taemmm
    kekekkeke

    senenggg deh ngliat taaemm ngerjain hyungnyaa
    nakaalll kekekekek

  3. hara says:

    widiiih. Taemin kreatif jg tuh cara nglamarnya. Trs ko dia bisa buat hyung+yeoja2nya nurut gtu sama dia? Hahahaha. Ga kebayang mrk jd pelayan XD2nya nurut gtu sama dia? Hahahaha. Ga kebayang mrk jd pelayan XD

  4. keYura says:

    taemin -…-
    kau sangat sangat sangat tidak romantis pada awal cerita, heheehehe ._.v *maapkan saya author*
    tapi di akhir ceritaa,, omo~ taeminniee…. you’re so romantic!!!
    like it eonni ^^
    taemin hebat deh bisa ngebuat semua hyung dan noona tunduk padanya, hahaha.. 😀

    • weaweo says:

      yah, taemin baru belajar jadi romantis /plak 😀
      kekeke- jinjja? terima kasih udah suka 😀
      iya dong, magnae power tu, kwekekeke

      makasih udah baca-komen 😎

  5. Song Sang Byung says:

    Taemin kurang ajar bgt ma Hyung n Noona.a, gk sopan bgt main mrintah, hha.. Tp lcu jg sih, kan biasa.a Taemin yg d.bully, skarang gantian, hhaa..

Leave a comment