[FF] Do It Before You Die (FM Stories)

title: Do It Before You Die

author: weaweo

length: oneshot

rating: T, PG-15

genre: romance, comedy (tapi nggak jadi -_-)

casts: Choi Minho – Park Chaerin,  Lee Hyura – Kim Kibum aka Key, Lee Jinki aka Onew – Michiyo Fujiwara, Kim Jonghyun – Park Eunrim, Lee Taemin – Lee Hyesun

soundtrack: 7 Things – Miley Cyrus

disclaimer: the plot of this fanfiction and OCs are belong to me, but SHINee are not (well i wish they were mine :P)~

————————————————————-

say no to plagiarism!

please leave comment after read!

 ————————————————————-

Do It Before You Die

by weaweo

“Hey- Minho! Sudah lepaskan stik PS itu dan pergi tidur!”

Aku menoleh mendengar seruan Onew-hyung dari kamar. Dia pasti terbangun karena teriakanku. Yah, wajar sih. Aku memang berteriak sangat keras tadi. Tim yang aku mainkan kalah, tentu aku kesal.

“Sebentar lagi, Hyung. Baru nanggung,” sahutku nyaring sambil meneruskan bermain game Winning Eleven keluaran terbaru yang dihadiahkan Chaerin pada ulang tahunku kemarin.

Tiga menit kemudian, timku kalah. “AAAARGH! MENYEBALKAN! GARA-GARA ONEW-HYUNG NIH!”

JEGLEK- pintu kamar kami terbuka. “CHOI MINHOOOO! TIDUR! PALLIWAAAAAAAAAAAA!!”

Kulemparkan stik Play Station-ku asal dan berlari ketakutan. Key kalau marah memang mengerikan!

***

“Huhuhu.. Minho-”

Tangisan yang sangat aku kenali. Aku mencari keberadaannya. Chaerin, yeojachinguku, terduduk di tanah sambil menangis. Di sampingnya, ada Hyura, yeojachingu Kibum, berjongkok menepuk-nepuk bahunya. Eunrim, saudari kembar Chaerin dan yeojachingu Jonghyun, berdiri sambil menunduk dalam. Di sebelahnya, Michiyo, pacar Onew-hyung, menggigit bibir bawahnya, memeluk Hyesun, yeojachingu Taemin, yang mengisak sedih.

“Sudahlah- Chaerin. Minho pasti sedih kalau kau menangis. Diamlah..” ujar Hyura perlahan.

“Dia sungguh tega.. Pergi secepat ini,” isak Chaerin.

“Chaerin, ini takdir,” desis Eunrim parau. Tangisan Hyesun makin keras.

Apa yang membuat mereka, dan banyak orang di sekitar mereka, bersedih seperti ini? Kenapa mereka menyebut namaku? Kenapa banyak sekali orang di sini? Kulihat appa, umma, dan hyungku saling berpelukan. Teman-teman sekolahku, mereka semua datang.. Ada apa ini?

Kutepuk bahu Michiyo untuk menanyakannya- mengingat dia yang sedari tadi hanya diam. “Michi-chan! Ada ap-”

Omo… Tanganku menembusnya. Apa maksud dari semua ini?

Tiba-tiba Michiyo menyahut pelan, “Minho. Semoga kau tenang..”

TENANG? AKU KETAKUTAN SEKARANG-!! Kutembus kerumunan orang di depanku dan.. menemukan sebuah makam bertuliskan ‘RIP. CHOI MIN HO’.

“NOOOOOOOOOOOOO-!!!!”

“HYUNG-!”

Aku tergeragap, bernafas terburu-buru. Nafasku tersengal. Kudapati Taemin, menatapku panik sambil membawa handuk. Sepertinya dia baru saja mandi.

“Gwenchanayo-? Kau berteriak-teriak! Apa kau mimpi buruk?” tanyanya khawatir. “Keringatmu banyak sekali!”

“Aku.. aku mimpi buruk, Taemin. Hah, hah.. Jam berapa ini?” tanyaku lega.

“Sudah pukul setengah sebelas, pemalas,” Jonghyun-hyung melongokkan kepalanya dari luar kamar. “Kau mimpi apa? Aku yang baru mendengarkan musik saja sampai mendengar.”

“Menakutkan,” jawabku. Bulu kudukku merinding. “Aku mimpi meninggal.”

“Apa-?” tanya Onew-hyung, melongokkan kepalanya di atas kepala Jonghyun. “Kau mimpi meninggal?”

“Ne. Chaerin menangis, semua kenalanku datang. Aku melihat makamku sendiri,” jawabku.

“Mungkin,” Key melongokkan kepalanya di atas kepala Onew-hyung. “Itu pertanda! ADUH!” Onew-hyung menjitak Key keras.

“Jangan bicara macam-macam, Kibum! Kau menakutkan saja!” hardik Jonghyun.

Key cemberut, tangannya mengusap kepala. “Bukan itu! Maksudku pertanda, kalau Chaerin ingin dilamar!!”

“MWORAGO-?”

“Kau tahu, untuk jaga-jaga saja kalau kau tahu-tahu.. mati! Kekekekeke-!” Key tersentak secara tiba-tiba dan jatuh menindihi Onew dan Jonghyun. Tanpa rasa bersalah dia langsung berlari sambil terkekeh. Taemin juga tertawa terbahak-bahak melihat adegan tindih-menindih itu.

“Ah- mentang-mentang akan melamar Hyura, jadi seenaknya sendiri,” gerutu Onew-hyung.

Benar juga. Kapan aku melamar Chaerin ya?

***

“Sebentar lagi dia kan ulang tahun? Kau lamar saja dia saat pesta ulang tahunnya!” cetus Minseok-hyung saat aku meneleponnya. Aku hanya ingin menanyakan kabar, namun entah mengapa aku malah bercerita padanya tentang Chaerin.

“Yah, iya sih.” Memang, ulang tahun Chaerin jatuh di bulan Mei, sekarang bulan April. “Tapi aku harus bagaimana, Hyung? Aku kan belum pernah melamar yeoja.”

“Kau bilang saja, kau mau kawin dengannya.”

“Kawin-? Kau kira kami ayam, kawin begitu saja?” tanyaku sebal.

“ADA YANG BILANG AYAM??”

Kuacuhkan seruan Onew-hyung yang memang sangat menggilai ayam. Orang gila yang selalu bereaksi ketika kau bilang ‘ayam’ atau ‘chicken’, cuma dia orangnya.

“Hahaha, kau pikirkan saja sendiri! Sudah ya, anakku mengajak bermain. Bye!”

TUTT.. TUTT.. Sialan, dia memutuskan sambungan interlokal-ku seenaknya. Awas kau, Hyung.

“Kau tadi yang bilang ayam, ya? Minho? Mana ayamnya?” Tiba-tiba Onew-hyung muncul dari balik punggungku dengan wajah bernafsu. Sangat wajar melihatnya seperti ini. Dasar.

***

Sudah satu minggu menjelang ulang tahun Chaerin dan aku masih tidak tahu, apa yang harus aku lakukan? Aigoo- aku benar-benar tidak ada ide. Semua ide yang diajukan teman-temanku mustahil semua. Terlalu susah dan banyak biaya yang harus aku keluarkan.

Kau mencari yang murah? Aish- kalau kau mau membuat yang tak terlupakan baginya, kau harus mengeluarkan uang, Minho-oppa!” ujar Hyura kepadaku saat kutanyakan pendapatnya.

Oh- undang dia ke kapal pesiar saja! Lalu kau bentuk tulisan ‘WILL YOU MARRY ME?’ memakai lampu-lampu di atas air! Dia pasti akan senang sekali!” Usulan Onew-hyung yang sangat tidak wajar membuatku merasa percuma menanyakannya. Aku tak akan bisa menyewa sebuah kapal pesiar!

Kau ingin yang murah? Gampang, ajak saja dia ke pinggir Sungai Han lalu kau ajak dia berenang. Lalu.. tenggelam deh! Hahahaha-!” Jonghyun-hyung menyarankan sesuatu yang membuatku ingin mencekiknya.

Molla, oppa. Aku dan Taemin belum pakai acara melamar-melamar, jadi aku tidak tahu. Hehehe,” itu kata Hyesun dengan wajah polos, saat aku tanyai.

Mungkin benar kata Key, “Oh- kalau kau mau membuatnya benar-benar luluh, setidaknya ciptakan sesuatu yang membuat perasaannya campur aduk! Kau bisa contoh aku- kekeke- tapi kau harus keluar biaya Minho! Masa kau tidak modal, payah.

Key memang mengeluarkan seluruh tenaganya untuk melamar Hyura sebulan kemarin. Dia sampai menyuruh manajer-hyung membuat gosip tentangnya dan Nicole, untung Nicole sudah diberitahu rencananya. Dongho juga dikerahkan untuk membantunya. Dasar, dia sekarang sudah bebas bergandengan dan bermesraan dengan Hyura kemana-mana, fans sudah merestui mereka!

Jujur aku jadi iri dengannya. Banyak orang yang tidak tahu aku sudah punya yeojachingu selama lima tahun terakhir. Ya- ini sudah memasuki tahun keenam bahkan! Banyak yeoja yang memancingku untuk mendekati mereka- namun aku sudah tidak nafsu kepada yeoja lain. Chaerin-lah yang selama ini mengisi hari-hari dan pikiranku.

Yah- memang setidaknya aku harus memberikan sesuatu yang spesial bagi Chaerin.. tapi apa?

“MINH.. OPPAA!!”

Kutolehkan kepalaku ke belakang. Hyesun, yeojachingu Taemin, berlari ke arahku sambil membawa banyak sekali tas. Kurasa dia baru pulang dari berbelanja. Kulihat beberapa orang menoleh ke arahku.

“Hyesun-ah!” Segera kurapatkan capuchonku, lebih mendekat ke wajahku. Aku tak mau dikenali.

“Ah- oppa! Mianhae,” Hyesun menatapku agak panik. “Aku tadi hampir keceplosan! Kau sedang apa di sini? Tidak ada acara?”

“Gwenchana. Aku hari ini sedang libur,” ujarku pelan. “Kau baru pulang berbelanja?”

“Ne! Minggu depan umma dan appa akan merayakan ulang tahun pernikahan, jadi aku sedang mencari kado!” ujarnya dengan wajah aneh. “Tapi aku tidak menemukan yang cocok.”

“Oh- jadi kau malah membeli barang untuk dirimu sendiri?” tanyaku geli. Hyesun memang gampang membeli sesuatu yang menurutnya menarik (walaupun tidak bermanfaat).

“Ne. Aku menemukan sepatu lucu, oppa! Lihat,” dia mulai mengambil sebuah kotak berwarna hitam dari salah satu tasnya dan mengeluarkan sebuah sepatu berwarna ungu. Model yang familiar.

“Heh-? Itukan sepatu yang kau pakai sewaktu kau dan Taemin ke USA kemarin? Ke wisuda Hyura-ssi?” tanyaku geli. “Hanya beda warna bukan? Yang kau pakai dulu warna merah marun!”

“Ah,” Hyesun terlihat berapi-api. “Oppa, coba kau perhatikan! Modelnya memang mirip, sama-sama wedges, tapi yang ini pitanya besar! Yang kemarin pitanya kecil!”

“Sama saja bukan? Modelnya sama- mereknya juga. Bedanya cuma pita saja,” ujarku sambil mengerutkan kening. “Lagipula bahan sepatunya juga sama- tak ada bedanya dengan yang..”

“Beda!!” potong Hyesun galak.

“Geurae!” Hah- Taemin. Aku salut padamu yang mampu menaklukkan yeoja macam dia.

“Oppa- temani aku mencari kado dong?” tanya Hyesun manja. “Nanti akan kutraktir minum kopi.”

“Jinjja? Asal kau tidak membeli barang yang mubazir lagi!” cetusku seraya melirik isi tas yang ia tenteng. Kulihat sebuah gaun- sama model seperti yang dipakainya saat ia dan Taemin pergi ke rumah orang tua Taemin. Ya Tuhan, untung Chaerin tidak parah seperti ini.

Okay– kalau ada kau, aku aman, oppa! Kajja!” Hyesun menarik tanganku dengan semangat. Dasar!

***

“Yang ini benar-benar bagus, oppa?” tanya Hyesun kepadaku (lagi). Sudah kelima kalinya dia bertanya pendapatku tentang sepasang cincin emas putih untuk orang tuanya. Kuanggukkan kepalaku pelan.

“Baguslah. Aku ambil ini, unnie.

Seorang pramuniaga mengambil cincin itu, “Ne. Nona mau kotak yang seperti apa?”

“Yang bentuk hati, tolong.”

Pramuniaga itu memasukkan kedua cincin ke dalam kotak perhiasan berwarna biru kehitaman dan menyerahkan secarik nota. “Silakan bayar di kasir.”

“Ne,” kami berdua berjalan ke kasir. Untunglah antriannya tidak terlalu panjang. Aku dan Hyesun hanya menunggu sekitar tiga menit.

“Ah- cincin?” tanya pramuniaga yang menjaga kasir. “Ah- pasti kalian akan bertunangan?”

“Oh,” desis kami berdua bersamaan. “An-”

“Kalian memang sangat cocok! Namja tampan dan yeoja yang cantik! Semoga kalian berbahagia. Aku selalu senang melihat pasangan yang akan menikah, mengingatkanku…”

Ah- tidak ada gunanya berdebat dengan pramuniaga cerewet ini! Untunglah, aku dan Hyesun tampaknya punya pikiran sama sehingga setelah membayar kami langsung pergi dari toko itu.

“Oppa- pramuniaga itu menyebalkan ya?” cetus Hyesun sambil berjalan menjejeriku.

“Ya,” jawabku pendek. “Sekarang- cepat kau traktir aku! Kau sudah menjanjikannya!”

“Ne! Kajja, kita ke coffee shop di pojok jalan itu!”

***

“Hey, Minho-hyung.”

Aku tergeragap bangun. Taemin mencubit-cubit kecil lenganku. Tumben bukan Key yang membangunkanku. “Ah, kau Taemin? Sudah siang ya?”

“Aniyo,” Taemin meringis. “Masih jam dua pagi..”

Apa? Percuma aku bangun. Kutegakkan tubuhku, menata bantalku lalu merebahkan tubuhku lagi. Zzzz..

“Aigoo- HYUNG!” Taemin mendesis sambil mengguncang-guncangkan tubuhku. Ish, apa sih yang dia inginkan? Menganggu orang tidur saja! Sudahlah- acuhkan saja dia Minho!

“Hyuunggg~!”

“AHH-! MWO?!!” bentakku dengan kekesalan sampai ubun-ubun. “AP-! HMMPH!!”

“SSST-!” Taemin menutupku mulutku dengan tangannya. Dia berbisik, “Jangan keras-keras!”

“HHHMPH- LEEPHHASSHHH! Hah.. hah..” Akhirnya dia melepaskan bekapannya.

“Basah, hyung! Kau apakan tanganku?!!” desis Taemin sambil mengibas-ibaskan tangannya. Aku hanya meleletkan lidah. Taemin melotot dan berlari keluar (ke kamar mandi, mungkin).

“Hey- hyung! Jangan tidur lagi!” desisnya sebelum keluar kamar. Aku terkekeh perlahan. Choi Minho adalah raja tidur. Percuma kau melarangku Taemin. Kurebahkan diriku dan mulai terlelap. Zzzz..

“YA-! MINHO-HYUNG!” Huh, dia sudah kembali. Sial.

“Ya.. ya.. Aku bangun,” ujarku setengah tertidur. “Kau mau bilang apa, Taeminnie..”

“Duduklah, ini sangat penting-!” desisnya keras sambil menggoyang-goyangkan tubuhku. Akhirnya kududukkan tubuhku sambil bersandar ke dinding.

“Hyung- aku mau minta tolong!” Taemin mengeluarkan sebuah kotak. “Kau tahu bukan, aku akan melamar Hyesun dalam waktu dekat. Tolong kau bawa ini dahulu. Kau tahu aku orangnya ceroboh!”

“Kenapa kau tidak titip kepada Key? Dia lebih baik dalam menyimpan barang daripada aku..”

“Key-hyung pasti akan mengomel kenapa aku memilih model cincin yang seperti ini! Dia pasti akan menanyakan kapan aku melamar Hyesun dan mendesakku untuk cepat melakukannya!”

Ah- ternyata Key bersikap cerewet tentang pernikahan ke semua orang- tidak hanya aku. “Ya sudah, masukkan saja cincinnya ke saku mantelku yang abu-abu..”

“Kenapa ke sana, Hyung?” tanya Taemin kebingungan. Jujur aku juga tidak tahu kenapa menyuruhnya melakukan itu..

“Entahlah! Sudah masukkan saja! Besok aku akan taruh di tempat yang aman!” ujarku sedikit kesal. Taemin menuruti perintahku dan memasukkannya ke dalam mantel. Zzzzzz…

***

Hari ini SHINee ada jadwal pemotretan untuk sebuah brand fashion ternama di Korea. Key sudah sangat excited karena dia memang senang dengan ide ‘mencoba baju-baju keren dengan alasan pemotretan’. Aku juga sih, aku selalu senang mencoba baju-baju bagus dan berkelas.

“Hey- kalian lapar tidak?” Onew-hyung memegang perutnya. “Aku lapar.. Ayo kita beli ayam..”

“Ayam saja pikiranmu, hyung!” ujar Key dengan nada kesal. “Sabarlah sebentar!”

“Aku lapar! Aku tidak sepertimu, Kibummie, yang kenyang melihat pakaian keren yang dapat kau pakai! Aku tidak makan fashion, aku makan ayam. AYAM!”

“Iya- hyung. Sabarlah sebentar- Taemin baru mulai dipotret!” Jonghyun-hyung menyandarkan punggungnya ke sofa dengan santai. “Duduklah sebentar.”

“Kurasa, aku mencium bau ayam,” hidung Onew-hyung berkedut. Dia mengendus-endus- maklum saja dia memang sensitif dengan bau ayam. “Ah, Hyura dan Chaerin!”

Hyura dan Chaerin datang membawa banyak sekali tas. Onew-hyung langsung berlari menyongsong dan berteriak bahagia, “Aku akan membantunya!”

“Aku ikut!” teriak Key sambil mengikuti Onew-hyung. Ah- mungkinkah Key masih khawatir kalau Onew masih menyukai Hyura, mengingat Michiyo juga masih di Osaka? Ah, tidak mungkinlah- Onew juga sudah bersumpah kalau dia benar-benar cinta mati kepada Michiyo.

Mereka berempat datang sambil tertawa-tawa. Onew-hyung yang paling bersemangat, tentu karena adanya ayam sudah terdeteksi olehnya.

“Ayam- apa kubilang!” desisnya senang sambil membuka kotak di dalam tas itu. “OOH! Lihat betapa cantiknya mereka!”

“Hati-hati oppa, kau bisa naksir kepada salah satu di antaranya!” Hyura tertawa geli. Key juga- sambil membantunya membuka tas yang lain.

“Chaerinnie, Eunrim tidak ikut-?” Jonghyun bertanya pada Chaerin yang langsung menggeleng. Ah- yang kutahu mereka memang sedang ada masalah. Jonghyun yang tidak mau berkomitmen dan Eunrim yang minta dinikahi. Ah, masalah yang aneh karena keduanya memang antik.

“Kalian, makanlah sepuas kalian! Tapi jangan lupa sisakan untuk Taemin!” ujar Hyura. Hahaha- tanpa disuruhpun kami sudah mengambil masing-masing ayam satu.

“Aigoo- enak sekali! Kalian yang memasaknya?” tanya Key sambil menggigit paha ayam yang ia bawa. Aku juga- nyam.. Mereka berdua memang pintar memasak.

“Ne!” jawab Chaerin dan Hyura sambil mengangguk. Berani taruhan kalau sebentar lagi Jonghyun-hyung akan mengatakan..

“Wah- kalian pintar masak ya. Coba Eunrim mau masak juga,” gumam Jonghyun lirih. Apa kubilang..

“Oppa- sebaiknya kau cepat berbaikan dengannya!” cetus Hyura prihatin. “Kalian berdua kan raja dan ratunya mesum. Aku jadi tidak ada bahan lawakan kalau kalian pisah seperti ini!”

“Kau dan lawakanmu, Lee Hyura!” kata Onew-hyung sambil menggigit ayamnya lagi.

“Sudah, kau diam saja dan nikmati kekasih belahan jiwamu itu!” Kami semua tertawa mendengar kata-kata Hyura yang bernada galak itu.

Tiba-tiba manajer-hyung datang dengan wajah aneh. Ia membawa sebuah gulungan kertas.

“Ah, manajer-oppa! Mau makan bersama kami?” Chaerin menawarkan.

Manajer-hyung menggeleng, “Tidak- nanti saja.. Minho, aku perlu penjelasanmu.”

Semuanya langsung menatapku heran. “Ada apa, hyung?” tanyaku- sama herannya dengan mereka.

“Lihat ini,” dia membuka gulungan kertas yang dibawanya. Beberapa print out berita dari website-website infotainment terkemuka di Korea. Ada banyak foto- yang tampaknya- menjadi headline berita-berita tersebut. “Ini baru kuambil. Baru saja aku mengetahuinya.”

Kusipitkan mataku untuk melihat huruf-huruf yang disusun menjadi judul berita utamanya. Aigoo- apa ini? “SHINEE MINHO AKAN MELAMAR YEOJACHINGUNYA?”

“Ya-! Kau jadi melamar Chaerin?” ujar Onew riang. “Wah- kau membeli cincin? Hey, yeoja itu?”

Ada sebuah foto di bawah judul berita yang dicetak dengan tinta merah. Fotoku dengan seorang yeoja. Dia Hyesun- ini foto saat aku dan Hyesun memilih cincin untuk kedua orang tuanya.

’Minho dan yeojachingunya sedang memilih cincin pertunangan?’” desis Hyura membaca judul foto tersebut. Dia melirikku bingung- lalu melirik Chaerin.

Aigoo- wajah Chaerin memerah. “Chaerin, gwenchanayo-?” tanyaku hati-hati.

“Minho-oppa, mesra sekali dengan Hyesun. Lihat,” Chaerin menunjuk salah satu foto. “Hyesun sampai memelukmu seperti itu, kalian benar-benar..”

Aigoo- itu! Aku tidak bermaksud memeluknya. Aku hanya menopangnya karena dia terhuyung hampir jatuh. “Chaerinnie.. Aku-”

“Lihat foto di sebelahnya.. Kau dan Hyesun sedang memilih cincin? Bagus,” Chaerin berdiri dan terhuyung pergi. Aku langsung mengikutinya dengan langkah cepat.

Tampaknya dia menungguku. Buktinya dia langsung berhenti di koridor depan ruangan studio yang kami tempati tadi. Wajahnya pucat. Dia bersender di tembok dan menatapku kesal.

“Oppa- apa maksud dari semua itu?” tanyanya ketika aku menjejerinya.

“Aku hanya menemani Hyesun, Chaerinnie. Dia ingin membeli kado ulang tahun pernikahan orang tuanya.. Kumohon kau jangan marah seperti itu!”

“Apakah membeli kado harus di toko perhiasan? Apalagi dia menggelayut manja di bahumu? Hanya aku Choi Minho- seharusnya hanya aku yang bisa melakukan itu!!”

Aku menghela nafas panjang, “Chaerin- kau hanya salah paham! Bukankah Hyesun selalu manja?”

“Tapi hanya aku yang boleh bermanja-manja denganmu!”

“Cukup bersikap kekanak-kanakkan. Jebal, Chaerin! Kau sudah hampir dua puluh tiga tahun! Kenapa kau selalu seperti anak kecil! Gampang mengambek!” ujarku ketus. Kesabaranku ada batasnya!

“Oh-! Jadi kau capek menghadapiku? Baiklah- kalau begitu kita akhiri saja!”

“Hey-hey! Aku tak ingin putus darimu!” sergahku cepat. “Hanya saja kalau kau bisa lebih dewasa sedikit-”

“Aku begini,” potong Chaerin tajam. “Apa adanya! Ini aku, oppa! Kau takkan bisa merubahku.”

“Geurae, geurae! Tapi aku tidak mau putus denganmu! Mianhae, Chaerinnie..” Kuelus kepala Chaerin lembut-, tapi dia tidak bergeming. “Ah, Chaerin.. Jebal! Aku minta maaf, percayalah padaku..”

“Jangan ulangi lagi,” kata Chaerin enggan. Aku tersenyum dan mengecup pipinya perlahan.. dan menyusuri pipinya yang chubby, beranjak menuju bibirnya yang tebal dan seksi.

“Jangan dulu, oppa. Aku masih marah padamu,” Chaerin mendorong tubuhku keras. Sangat keras sampai badanku terhuyung ke belakang dan kehilangan keseimbangan.

BRUKK.. CLETTAKK.. “Ya-! Chaerin, kau mau melukaiku?”

“Huh-” Chaerin membuang muka sambil menahan tawa. Hihi- aku berhasil membuatnya merasa lebih baik. Dia menoleh padaku dan mengulurkan tangannya, kusambut dengan wajah sok marah.

“Lain kali kau harus hati-hati, oppa. Aku tak segan mendorongmu dari lantai tujuh gedung ini!” ujarnya sambil tersenyum. Dia berjalan mendahuluiku dan tiba-tiba berhenti. Memungut sesuatu berwarna hitam. Seperti kotak.. Apa jatuh dari sakuku?

“Chaerin-?”

“Apa ini?” Chaerin membuka kotak itu. Sebuah cincin perak mengkilap ada di dalamnya. Dia mengambilnya, aku mendekat kepadanya. Kudengar gumaman pelannya saat membaca tulisan yang terukir di bagian dalam cincin.

‘Hyesun

Chaerin menoleh kepadaku, wajah gelinya berubah mendung. “Kau bilang salah paham?” tanyanya. Aku gelagapan tak bisa mengatakan apapun. “Kau bilang salah paham?!!”

“Chaerin-”

“Seperti ini salah paham? Kau membawa cincin yang kau beli dengan Hyesun di toko itu-? Untuk melamarnya!! Pasti!! Ini- lamar saja Hyesun-mu! Seharusnya..” Chaerin berlinangan air mata. “..aku benar-benar mendorongmu dari lantai tujuh!!”

Dan ia langsung berlari pergi- meninggalkanku. “Chaerin!”

Percuma. Panggilanku sekarang hanya seperti angin baginya.

“Taemin!” raungku geram. Sial- kenapa aku bisa lupa memindahkannya?

***

“Jeongmal mianhaeyo, oppa!” Hyesun membungkukkan badannya di depanku. Suaranya serak- dia mungkin sambil menangis. Di sebelahnya, Taemin ikut membungkuk dalam-dalam.

“Hah- sudahlah. Ini memang sudah jalannya,” ujarku perlahan. Lidahku kelu. Kalau mau jujur sih, aku ingin memaki-maki Taemin dan Hyesun.. Tapi aku tidak setega itu.

“Tapi..” Taemin dan Hyesun berkata bersamaan.

“Sudahlah- sebagai gantinya kalian bantu saja Minho berbaikan dengan Chaerin!” ucap Key dari sudut ruangan. “Kalian bisa meminta maaf kepada Chaerin dan bilang kalau semua salah paham!”

“Mustahil,” tiba-tiba Hyura datang sambil berwajah galau. “Dia tak mau mengangkat teleponku.”

“Kau sudah coba hubungi Eunrim?” tanya Jonghyun-hyung.

“Sudah- dia juga tidak mau mengangkat. Yah,” Hyura mengangkat bahu. “Kemungkinan besar dia sudah tahu.”

“Ah- Minho, kita senasib ya. Yeojachingu kita kembar, makanya aku dan kau bernasib sama,” Jonghyun-hyung menepuk bahuku perlahan. “Setidaknya kau punya teman.”

“Huh, kau seenaknya sendiri, hyung.” ujarku sebal. “Ini mungkin hasil dari mimpiku kemarin dulu ya.”

“Mimpi apa-?” tanya Hyura penasaran. Dia memang selalu mudah ingin tahu. Kuceritakan mimpi yang menakutkan tentang kematianku itu.

“Mungkin memang benar, Minho, itu pertanda kalau kau akan ada apa-apa dengan Chaerin. Makanya kau bermimpi seperti itu.. Yah, setidaknya kau tidak mati, tapi hubungan kalian yang mati..”

“YA! ITU DIA!!” Hyura berteriak lantang, memotong kata-kata Onew. Kami menatapnya ketakutan. Apa dia baru saja kesurupan? Tapi yang dia lakukan hanya tertawa. “Aku menemukan cara jitu untuk membuatmu berbaikan dengannya, sekaligus melamarnya. Kau harus mati, oppa!”

GLEK- kami semua saling bertukar pandang. Hanya Key yang tidak- dia malah mengacungkan dua jempolnya pada Hyura.

***

Sudah satu jam lebih aku berbaring di bangsal rumah sakit. Seluruh tubuhku sudah serasa mati rasa- kaku dan dingin karena aku di tempatkan di ruangan bersuhu 12 derajat celcius. Kata Key ini agar aku tidak berkeringat. Kuturuti saja apa mau mereka- yang penting mereka tidak jadi menempatkanku di ruang mayat. Bisa benar-benar mati aku di sana.

Tiba-tiba pintu terbuka dengan kasar. Segera aku memejamkan mataku dan melemaskan tubuhku. Aku harus benar-benar terlihat seperti orang mati!

“Hyura,” suara desisan terdengar, itu Chaerin. “Dia benar-benar Minho?”

“Ne,” suara yang terdengar muram menyahut. Sepertinya dia Hyura. Di belakangnya ada suara yang menangis. Seperti rencana itu adalah Hyesun.

Kemudian seseorang memegang selimut yang menutupi tubuhku. Dia membukanya perlahan. Cahaya masuk ke dalam mataku- aku tetap memejamkan mataku. Kakiku tiba-tiba kram.

“Sudahlah- Chaerinnie,” suara yang lebih emosional kudengar, tampaknya dia Eunrim.

“Eunrim, ini semua salahku! Bahkan aku belum memaafkannya, dan sekarang dia meninggal! Ini semua salahku!” Tangis Chaerin meledak, lalu seseorang meletakkan kepalanya di dadaku.

“Kau tidak boleh menyalahkan dirimu sendiri! Mana kau tahu kalau dia akan tertabrak mobil dan meninggal?” Eunrim berseru keras. Terdengar frustasi. Sial, hidungku gatal.

“DIA NAMJACHINGUKU EUNRIM! Aku bersalah!!” teriak Chaerin sama frustasinya. “Aku belum bilang kalau aku memaafkannya! Dia pasti tidak tenang di sana!!”

“Kau sudah memaafkannya, Chaerinnie?” tiba-tiba Hyura menyahut. Suaranya sangat tenang.

“Ne. Aku sudah memaafkannya. Sejak Hyesun dan Taemin datang, memohon-mohon sambil menangis di depanku. Mengatakan kalau semua hanya salah paham belaka, aku langsung percaya. Taemin tidak pernah bohong kepadaku. Hyesun juga terlalu polos untuk berbohong..”

“Aku memang tidak berbohong, unnie..” Hyesun mengisak sedih. Aktingnya benar-benar bagus.

“Ini semua kesalahanku.. Aku seharusnya mati bersamanya.. Aku tidak mau ditinggalkannya.. Huhu,” Chaerin menangis keras. “Apa orang tua dan fansnya sudah diberitahu?”

“Sudah. Kami sengaja menyembunyikannya dari media- nanti saja kami beritahu,” tiba-tiba suara laki-laki menyahut. Wow- jadi Jinki-hyung dan Jonghyun-hyung berhasil membujuk manajer-hyung ikut serta dalam persekongkolan ini? Padahal tadinya kan dia tidak mau!

“Oh- baguslah.” Chaerin menangis lebih pelan sekarang. Ah! Gatal di hidungku tak tertahankan!

“Peluk dia, Chaerin.. Kau takkan menyesal,” Hyura berkata tenang. Ini sesuai rencana.

Seseorang meletakkan kepalanya di atas dadaku. Ini Chaerin- dia membasahi baju yang kupakai dengan air matanya. Tanganku berkedut. Dan.. kupeluk dia dalam satu hitungan waktu.

“WAA-!!” Chaerin menjauhkan tubuhnya dari tubuhku. Yah- aku bisa melihatnya karena aku sudah membuka mataku. “OPPA?!”

“Chaerinnie! Akhirnya kau memaafkanku?” tanyaku senang. Aku bangkit dan berjalan mendekatinya.

“Jadi-?” Eunrim menatapku galak dan ganti menatap Hyura. “Licik sekali kau Lee Hyura! Seharusnya aku sudah menyadarinya!”

“Sudah, kau diam saja.” Hyura menarik Eunrim dan menyeretnya pergi diikuti Hyesun dan manajer-hyung.

“Chaerinnie?” ujarku hati-hati. Chaerin menundukkan kepalanya sedari tadi- mungkin dia kesal.

“Kau berbohong, lagi?” ujarnya sendu. “Kau tega sekali.”

“Yang kemarin kan kau sudah tahu kebenarannya! Itu hanya kerjaan wartawan yang suka membesar-besarkan berita. Aku masih begitu mencintaimu, Park Chaerin..”

“Tapi ini satu-satunya cara agar kau datang kepadaku! Aku sudah sangat bingung, Chaerinnie. Kau bahkan tidak menjawab telepon sahabatmu sendiri!”

“Itu karena aku butuh waktu untuk sendiri! Ini bukan cara yang terbaik, oppa! Kau bisa berusaha sendiri untuk minta maaf dariku bukan?” tanya Chaerin ketus. Aku hanya menatapnya tak percaya.

“Aku.. Chaerin!” Tanpa mendengar pembelaanku dia pergi keluar. Kuikuti langkahnya sambil meneriakkan namanya. “Chaerin! PARK CHAERIN!”

“Oh- kalian sudah selesai? Hey, kenapa Chaerin berlari?” Onew-hyung berteriak. Kulihat Jonghyun-hyung sedang berbicara dengan Eunrim- yang langsung bereaksi begitu melihat aku dan Chaerin berlarian. Key dan Hyura menatapku panik. Taemin dan Hyesun juga.

Aku tetap berlari mengejar Chaerin walaupun kudengar Onew-hyung berteriak, “YA-! MINHO JANGAN LUPA KAU MASIH PAKAI BAJU BERBERCAK DARAH AYAM!!”

***

“Sudah capek?”

Chaerin terlonjak kaget melihatku sudah berhasil menyusulnya. Aku meringis. “Kau meremehkanku, Chaerin. Aku berlari paling cepat di antara semua idol Korea!”

Dia hanya menatapku tanpa ekspresi, “Kau sebaiknya pergi, oppa.”

“Aku masih menyukaimu.” Kupepeti tubuhnya merapat ke dinding di belakangnya. Salah sendiri kenapa berhenti di gang kecil antara pertokoan di daerah Nowon, Seoul.

“Aku muak denganmu, Choi Minho. Sudahlah,” Chaerin menunduk, suaranya bergetar. Dia menahan tangisnya dan berusaha menyembunyikannya dariku.

“Chaerin,” ujarku lembut. Aku mengangkat dahunya- matanya yang besar berkaca-kaca. “Mianhae, aku memang keterlaluan. Tapi semua ini kulakukan untukmu.. Aku mencintaimu, Chaerin.”

“Kalau begitu,” Chaerin menatapku menantang. “Buktikan, Choi Minho. Bukti akan lebih kuat.”

Tanpa berpikir lagi, aku menyeretnya keluar dari gang itu. Kami berjalan menembus lautan manusia yang sedang berjalan di trotoar. Beberapa orang mengenaliku- karena aku tidak memakai penyamaran sekarang. Biarlah, aku sudah tidak peduli.

“Kyaaa~! Itu Choi Minho!”

“Oppa~!!”

Aku berhenti dan berbalik ke Chaerin yang menatapku bingung. Aku berkata, “Tunggulah di sini.”

“Ya-! Minho!” teriaknya saat aku berlari menyeberang jalanan yang padat dengan mobil. Bahkan aku sudah tidak peduli aku akan ditabrak atau mati. Kurasa aku yakin apa yang kulakukan memang yang terbaik.

Masih tak dapat kupercaya, banyak mobil yang berhenti ketika aku lewat. Mungkin mereka menyadari aku ini siapa. Dan aku tak peduli lagi. Kulangkahkan kakiku mantap menyeberang jalan. Beberapa polisi meneriakiku, dapat kupastikan mereka keberatan aku menyeberang tanpa melalui zebra cross.

Akhirnya aku sampai di trotoar. Di seberang jalan sana, Chaerin menatapku panik. Banyak orang yang mengerumuni kami berdua. Aku hanya tersenyum samar mendengar banyak yeoja yang histeris.

“Chaerin- kau bilang aku harus membuktikannya.. Aku akan MEMBUKTIKANNYA!” teriakku lantang. Semua orang langsung mengeluarkan suara tertahan.

“PARK CHAERIN! MAUKAH KAU MENIKAHIKU? AKU MENCINTAIMU, CHAERIN! BUKAN YEOJA YANG ADA DI BERITA-BERITA GOSIP ITU!! AKU MENCINTAIMU!!”

Chaerin terpaku, mulutnya menganga. Banyak orang melakukan hal yang sama. Aku memejamkan mataku- takut kalau Chaerin melakukan sesuatu yang tak ingin aku dengar. Kalau dia menolakku, bisa kupastikan aku tak akan muncul lagi di hadapan publik.

Sudah lewat semenit, tapi dia masih tidak menjawab. Aku masih memejamkan mataku.

“YA- CHOI MINNO!” Teriakannya terdengar. Letupan bahagia meletus di dasar hatiku.

“KAU GILA-?! TENTU SAJA AKU…” Tidak-tidak! Aku tidak tahan, jangan Tuhan. Kumohon berikan aku kesempatan..

“..AKU MAU MENIKAH DENGANMU!!”

Hening. Aku langsung membuka mataku lebar-lebar. Chaerin menatapku dari kejauhan sambil tersenyum. Kubalas dengan hati yang berbunga-bunga. Keheningan yang tak biasa itu terpecah dengan tepukan dan sorakan dari banyak orang yang melihat adegan kami. Aku menoleh ke kanan-kiriku, banyak yeoja muda yang ikut bertepuk tangan.

“Chukkae, Minho-ssi!”

“Waah, SHINee benar-benar daebak! Kemarin Key, sekarang Minho? Chukkae!”

Aku tersenyum, membungkuk ke semua orang yang bertepuk tangan kepadaku. Ketika aku selesai membungkuk, Chaerin sudah menyusulku. Dia menghadapku dan meraih tanganku. Kami saling menggenggam.

“Akhir yang bahagia, oppa?” tanyanya penuh keriangan. Aku mengangguk dan langsung memeluknya, sembari berbagi tawa ke segala arah yang melihat kami semua.

Mataku melewati beberapa sosok yang berdiri di seberang jalan. Tujuh orang yang siluetnya sangat kukenali. Mereka juga bertepuk tangan, Onew, Jonghyun, Key, Hyura, Taemin, Hyesun, dan Eunrim.

“CHUKKAE, MINHO-CHAERIN!!” teriak mereka bersamaan sambil meleletkan lidah bersamaan. “MIANHAE MINHO-SSI!!”

Mianhae?

***

Aku menggenggam tangan Chaerin ketika kami berjalan pulang. Aku hanya ingin mengantarkan Chaerin, sekaligus ingin meminta izin kepada appanya untuk menikahi Chaerin.

“Oppa- jeongmal mianhae,” ujar Chaerin tiba-tiba. Dahiku mengernyit mendengar permintaan maafnya.

“Buat apa? Akulah yang bersalah, Chaerin. Kita sudah membahasnya tadi.”

“Sebenarnya, aku sudah tahu rencanamu akan berpura-pura mati..”

MWO-? Apa-apaan ini? “Apa maksudmu?”

“Hyura dan Key-oppa memberitahuku tentang semuanya. Yang tadi hanya skenario kami oppa,” Chaerin tertawa kecil. “Aku dijadwalkan keluar dari kamar dan berjalan ke gang itu untuk memancingmu mengikutiku. Kau tahu, lima meter di belakang kita, mereka menguntit kita..”

“Apa? Mereka? Key, Hyura, Jonghyun, Taemin, Onew, Eunrim, dan Hyesun?” tanyaku tak percaya.

“Ne. Eh- asal kau tahu, kalau gosipnya bukan kerjaan mereka! Mereka hanya memanfaatkan kejadian yang ada. Pada malam hari di mana siangnya aku marah kepadamu, Taemin dan Hyesun pergi ke rumah bersama Key-oppa dan Hyura. Aku sedang sendirian di rumah. Aku bilang aku sudah memaafkanmu karena Hyesun sampai menangis menjelaskan semuanya. Lalu aku bercerita tentang appa yang sudah mendesakku untuk menikah dan kau yang tak kunjung melamarku..”

“Menikah?” tanyaku memastikan. Chaerin mengangguk.

“Ne. Eunrim juga- tapi Jonghyun-oppa kan belum mau menikah! Jadilah mereka bertengkar. Lalu, Key memberitahukan kalau kau sebenarnya akan melamarku, aku senang sekali. Hyura juga menceritakan rencanamu tadi, aku langsung menyetujui untuk mengerjaimu. Kekeke- mianhae.” Chaerin memelukku dari samping. Aku hanya diam karena tidak percaya.

“Saat kau memejamkan mata tadi, Hyesun meneteskan obat tetes mata kepadaku. Aktingku bagus bukan oppa? Hey, kau tidak marah bukan?” tanyanya khawatir.

Sialan. Pantas aku merasakan kalau tadi Hyesun tersenyum sembunyi-sembunyi dan Jonghyun-hyung yang mengedipkan sebelah matanya kepadaku. Ash- sialan!!

“Oppa?”

“Tidak kok, Chaerin. Aku tidak marah,” aku tersenyum memahami. “Gomawo kau melakukannya.”

“Hahaha- yang perlu kau tahu oppa, aku takkan tahan berlama-lama marah kepadamu..” Pipi Chaerin merona merah. Sayup-sayup kudengar suara musik yang disetel dari sebuah kedai kopi di seberang jalan.

And compared to all the great things..

That would take too long to write..

I probably should mention the 7 that I like..

“Jinjja?”

The 7 things I like about you!

Your hair, your eyes, your old Levi’s..

“Ne.. Aku suka rambutmu, matamu yang besar.. Jinsmu yang ketat atau yang kedodoran..”

When we kiss I’m hypnotized..

“Aku selalu suka saat kau menciumku..  Rasanya kau menyetrumku dengan listrik 1500 volt..”

You make me laugh, you make me cry..

“Dan walaupun kau selalu membuatku menangis, itu tak apa karena kau juga selalu membuatku tertawa, Minho-oppa. Aku selalu merasa baik saat kau bersamaku..”

But I guess that’s both I’ll have to buy..

Lanjutan katanya tak kudengarkan karena bibirku sudah mendarat di atas bibirnya. Kulumat perlahan dan hati-hati, karena aku tahu dia tidak suka buru-buru..

Your hands in mine..

When we’re intertwined, everything’s alright..

I wanna be with the one I know..

Kulepaskan kaitan bibirku darinya. Kami berdua saling berebut oksigen, sama-sama kehabisan nafas. Dia menatapku penuh perasaan sama seperti aku menatapnya.

“Oppa-” Kuletakkan jari telunjukku ke bibirnya, mencegahnya bicara lagi.

And the 7th thing I like the most that you do..

“Chaerinnie, kupersalahkan kau karena membuatku jatuh cinta kepadamu. Kau harus menikahiku!” Kucium dahinya lembut dan dia merengkuhku.

You make me love you..

-the end-

©2011 by weaweo

————————————————————-

gimana? kekeke~? jangan lupa komen yaaa^^

9 thoughts on “[FF] Do It Before You Die (FM Stories)

  1. agitaraka says:

    kyaaaa aku suka endingnya yang ada liriknya 7 thingsx miley hehehehe
    daebakk!!!kyaaaa aku suka endingnya yang ada liriknya 7 thingsx miley hehehehe
    daebakk!!!

  2. keYura says:

    kyaa.. author jagonya buat ff romantis begini >,<
    walaupun chaerin udah tau duluan kalo dia dikerjain, hehehhe..
    happy ending.. aku sukaa.. 😀

  3. mpebri says:

    jadi inget yunhanam. key yang mau ngerjain taemin malah dia sendiri yg kena dikerjain.
    jadi pengen dilamar kayak gitu, sama minho pula
    aaa sweet~

Leave a reply to agitaraka Cancel reply